Bawang Merah Penyumbang Inflasi Terbesar di Provinsi Lampung-kabarsiger

2019-12-20T21:59:25.000Z

Penulis:Chairil Anwar

Bawang merah.
Bawang merah.

Kabarsiger.com, Bandar Lampung -- Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Lampung pada November 2019 mengalami inflasi sebesar 0,11% (mtm), setelah bulan sebelumnya mengalami deflasi sebesar -0,90% (mtm). Pencapaian tersebut terpantau lebih rendah dibanding nasional yang mengalami inflasi sebesar 0,14% (mtm), namun masih lebih tinggi dibandingkan deflasi Sumatera (-0,22%;mtm).

Dalam rilis resmi yang dikeluarkan Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Provinsi Lampung, disebutkan, dibanding kota lainnya di Sumatera, inflasi yang terjadi di Kota Bandar Lampung (0,06%; mtm) dan Kota Metro (0,36%; mtm) masing-masing menempati peringkat yang tinggi yakni ke-3 dan ke-11 dari 23 kota perhitungan inflasi IHK se-Sumatera.

Pencapaian ini sejalan dengan meningkatnya harga pada kelompok bahan makanan akibat keterbatasan pasokan seiring dengan kemarau panjang yang terjadi sehingga petani belum dapat melakukan penanaman serta peningkatan permintaan pada peringatan Maulid Nabi dan menjelang Natal dan tahun baru (Nataru).

Ditinjau per komponen, peningkatan harga kelompok bahan makanan mencapai 0,23% (mtm) tercatat menjadi sumber utama inflasi IHK bulan November 2019 (andil 0,07%). Hal ini sejalan dengan peningkatan harga yang terjadi khususnya pada komoditas bawang merah, tomat sayur, dan telur ayam ras dengan andil masing-masing sebesar 0,17%, 0,05% dan 0,03%.

Inflasi tersebut terjadi seiring dengan keterbatasan pasokan komoditas terutama bawang merah dan tomat sayur akibat kemarau panjang yang terjadi membuat petani belum dapat melakukan penanaman.

Namun demikian, dari hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) BI, peningkatan harga bawang merah di minggu pertama Desember sudah tidak setinggi pada periode sebelumnya seiring dengan mulai masuknya musim penghujan. Sementara peningkatan harga telur ayam ras terjadi seiring dengan peningkatan permintaan pada periode Maulid Nabi dan menjelang Nataru.

Meski demikian, inflasi yang lebih tinggi di bulan November 2019 tertahan oleh deflasi yang terjadi pada beberapa komoditas bahan makanan antara lain cabai merah (andil -0,23%), cabai rawit (-0,03%) dan buah pir (andil -0,02%).

Penurunan harga aneka cabai terjadi seriring dengan panen yang terjadi di beberapa wilayah Lampung sehingga pasokannya cukup melimpah.

Namun demikian, penurunan harga yang terjadi sudah tidak setinggi periode sebelumnya karena tingkat harga cabai saat ini sudah berada di titik yang cukup rendah. Risiko inflasi cabai kedepan perlu diwaspadai seiring dengan datangnya musim penghujan yang berpotensi mengganggu komoditas hortikultura.

Selain itu, deflasi pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar -0,09% (mtm) dipicu oleh penurunan harga televisi berwarna dengan andil sebesar -0,01%. (*/VA)