Penulis:Yunike Purnama
Editor:Redaksi
JAKARTA - PT Pulau Subur Tbk (PTPS) resmi melangsungkan initial public offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 09 Oktober 2023. Emiten yang bergerak di industri perkebunan kelapa sawit itu menjadi perusahaan ke-70 yang melantai pada tahun ini.
Pada IPO ini PTPS memasang harga Rp 198 per saham. Angka itu merupakan batas bawah dari harga penawaran awal atau bookbuilding di kisaran Rp 198-Rp 206. Sementara itu, perseroan melepaskan 450 juta saham baru dengan nominal Rp20 per saham.
Adapun jumlah saham yang dilepas PTPS ketika IPO, yakni setara 20,76% dari modal yang ditempatkan dan disetor penuh. Sehingga emiten kelapa sawit yang beroperasi di Sumatera Selatan berpotensi memperoleh dana segar Rp89,10 miliar.
Merujuk TradingView, baru saja IPO, harga saham PTPS hingga pukul 09.15 tercatat berada di angka Rp222 per saham. Dengan begitu kapitalisasi pasar emiten kelapa sawit ini mencapai Rp489 miliar.
Direktur Utama PTPS Felix Safei mengucapkan terima kasih kepada masyarakat atas antusias terhadap saham persreoan. Bahkan, permintaan menunjukkan (oversubscribed) saham hingga 19,53 kali saat proses pelaksanaan IPO.
"Tingginya antusias masyarakat untuk memiliki saham PT Pulau Subur Tbk tidak terlepas dari kondisi fundamental Perseroan yang positif di tengah tren peningkatan permintaan CPO, terlebih lagi valuasi PTSP terbilang sangat murah," ujar Felix di Jakarta.
Sejak pertama kali berdiri pada 1980, PTPS telah memiliki lahan perkebunan kelapa sawit pada dua lokasi, yakni Desa Gelebak Dalam, Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin dan Desa Sukadarma, Kecamatan Jejawi, Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Palembang, Sumatera Selatan.
Namun pada 1981, PTPS yang sebetulnya memulai usahanya di bidang perkebunan karet dan jagung serta peternakan dan perikanan. Sering semakin meningkatnya tren permintaan terhadap Crude Palm Oil (CPO), pada 2003, perseroan memulai penanaman bibit kelapa sawit di lahan seluas 12,5 Ha.
Setelah tren peminatan terhadap CPO meningkat pesat, perseroan memutuskan untuk fokus pada pengembangan kelapa sawit hingga saat ini dengan total luas izin lokasi sebesar 1.180,39 Ha, total luas lahan 1.205,52 Ha terdiri dari lahan berstatus HGU 882,58 Ha dan APH 322,94 Ha.
Melansir laman prospektus, usai hajatan di BEI, PTPS akan memakai dana IPO untuk belanja modal sebanyak 50% guna membangun pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) berkapasitas 10 ton per jam. Diketahui lokasi pembangunan pabrik PKS tersebut berada di dalam kawasan HGU milik perseroan di Sumatera Selatan.
Sementara sisanya sebanyak 50%, akan digunakan PTPS untuk modal kerja seperti untuk pembelian tandan buah segar (TBS), pemeliharaan jalan, pembelian tractor dan peralatan produksi.
Bersamaan aksi koorporasi ini, PTPS juga akan menerbitkan waran seri maksimal 225 juta saham atau setara 13,10 persen dari total jumlah saham ditempatkan dan disetor penuh. Ini diberikan secara cuma-cuma sebagai insentif bagi pemegang saham baru yang namanya tercatat dalam daftar pemegang saham tanggal penjatahan.
Setiap pemegang dua saham baru perseroan berhak memperoleh satu waran seri I. Setiap satu waran seri I memberikan hak kepada kepada pemegangnya untuk membeli satu saham baru perseroan. Perseroan menawarkan waran Rp 218-Rp 226 yang dapat dilakukan setelah enam bulan sejak efek dimaksud diterbitkan yang berlaku mulai 9 April 2024-9 Oktober 2024.
“Sedangkan dana yang diperoleh perseroan dari pelaksanaan waran seri I jika dilaksanakan oleh pemegang waran akan dipakai untuk modal kerja,” tulis manajemen di laman keterbukaan informasi.
Tercatat hingga 31 Maret 2023, PTPS mampu mencatat laba komprehensif tahun berjalan Rp5,98 miliar. Angka itu naik 9,6% dibanding periode sama tahun sebelumnya Rp5,40 miliar.
Sementara itu, penjualan PTPS pada semester I-2023, juga tumbuh 12,36% menjadi Rp13,8 miliar dibanding periode sama tahun lalu sebesar Rp12,32 miliar. Di samping itu aset perseroan juga meningkat dari Desember 2022 sebesar Rp73,06 miliar hingga Maret 2023 menjadi Rp76,02 miliar.
Tak hanya itu, lialibiltas Pulau Subur juga meningkat dari Desember 2022 sebesar Rp19,04 miliar hingga Maret 2023 menjadi Rp22,01 miliar. Sedangkan ekuitas tercatat Rp 54 miliar hingga 31 Maret 2023 dari Desember 2022 sebesar Rp54,01 miliar.(*)