Penulis:Yunike Purnama
Editor:Redaksi
JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat 58.362 orang mengungsi akibat gempa magnitudo 5,6 yang mengguncang Cianjur, Jawa Barat pada Senin 21 November 2022.
Rumah dari sebagian besar pengungsi ini mengalami kerusakan dari ringan, sedang dan parah.
Memang, konstruksi rumah di Indonesia belum banyak mengaplikasikan rumah tahan gempa. Padahal Indonesia merupakan salah satu negara yang rawan bencana gempa. Tercatat 10.519 gempa bumi guncang Indonesia sepanjang 2021.
Sebenarnya, teknologi rumah tahan gempa sudah ditemukan dan dikembangkan di Indonesia. mengutip wika-beton.co.id, Jumat, 25 November 2022, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) berhasil menciptakan rumah tahan gempa yang dinamai Rumah Instan Sederhana dan Sehat (RISHA).
Konsep RISHA pertama kali dikenalkan pada 2015 oleh para peneliti di Pusat Penelitian dan Pengembangan Perumahan dan Permukiman Kementerian PUPR untuk hunian para korban tsunami Aceh.
"Saat itu, para peneliti Kementerian PUPR berharap dengan adanya RISHA ini mampu menjadi solusi penyediaan perumahan yang sehat dan biaya terjangkau. Sebab, RISHA bisa dibangun dengan menyambungkan panel-panel beton menggunakan baut," tulis keterangan Wika Beton.
RISHA memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan dengan rumah pada umumnya. Pertama, biaya pembangunan rumah model RISHA lebih terjangkau karena membutuhkan lebih sedikit bahan bangunan dan pekerja.
Kedua, RISHA juga mampu bertahan saat terjadi goncangan gempa. Kemudian, rumah tahan gempa ini diklaim lebih ramah lingkungan karena pada saat proses pembangunannya tidak banyak menggunakan kayu sebagai penyanggah cetakan beton.
Untuk proses pengerjaan satu unit RISHA juga relatif singkat, yaitu 24 jam dengan 5 pekerja. Selain itu, RISHA juga mudah dimodifikasi menjadi beragam bangunan, seperti tempat tinggal, sekolah, puskesmas, bahkan rumah sakit.
Rumah dengan konsep knock down merupakan rumah yang dibangun tanpa menggunakan semen dan bata, melainkan hanya menggabungkan panel-panel beton dengan baut. Itulah mengapa pembangunan RISHA ini cenderung cepat yaitu 24 jam saja per satu unitnya.
"Dan yang lebih penting, konsep RISHA ini sudah memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) sehingga aman dan cocok untuk tempat tinggal masyarakat kelas menengah ke bawah," kata Wika Beton.
Meskipun memiliki banyak kelebihan, rumah instan besutan Kementerian PUPR juga mempunyai beberapa kekurangan yang patut dipertimbangkan, antara lain:
Ukuran rumah terbilang kecil sehingga kurang cocok bagi keluarga besar.
Proses maintenance-nya agak rumit dibandingkan dengan rumah konvensional karena membutuhkan material penyusun khusus (panel dengan bentuk tertentu) yang belum diperjualbelikan secara bebas.
Daya tahannya terhadap beban terbilang rendah. Setiap meter persegi hanya mampu menahan beban maksimal 125 kg. Itulah sebabnya Anda tidak disarankan menggunakan rumah instan sederhana sehat untuk menampung banyak barang atau ditempati banyak anggota keluarga.
Bentuk rumah cenderung kaku karena harus disesuaikan dengan ukuran dan bentuk panel-panel penyusunnya.(*)