200 Tahun Jadi Misteri, Terungkap Asal Usul Cincin Gading Anglo-Saxon

2023-07-01T05:50:40.000Z

Penulis:Yunike Purnama

Editor:Redaksi

Cincin gading misterius yang ditemukan di lusinan pemakaman Anglo-Saxon di Inggris telah lama membingungkan para arkeolog.
Cincin gading misterius yang ditemukan di lusinan pemakaman Anglo-Saxon di Inggris telah lama membingungkan para arkeolog.

JAKARTA- Cincin gading misterius yang ditemukan di lusinan pemakaman Anglo-Saxon di Inggris telah lama membingungkan para arkeolog. Mereka  tidak yakin dengan asal-usul cincin itu dan dari hewan apa  mereka berasal - gajah, walrus, atau mammoth. 

Tetapi sekarang, teknik ilmiah telah mengungkapkan bahwa cincin ini kemungkinan besar berasal dari gajah Afrika yang hidup sekitar  6.400 kilometer dari cincin itu ditemukan.

Studi terbaru menyebutkan temuan ini menunjukkan jaringan perdagangan telah membawa benda-benda dari Afrika timur dan melintasi Eropa pasca-Romawi ke Inggris. Mungkin ini menjadi  salah satu jarak rute perdagangan terpanjang yang diketahui sejak saat itu.

"Ini sangat jauh," kata co penulis studi Hugh Willmott, seorang arkeolog di University of Sheffield di Inggris kepada Live Science Kamis 29 Juni 2023. "Itu melintasi dunia Mediterania, dan kemudian Pegunungan Alpen, dan kemudian mungkin melalui Rhineland. Jadi  melintasi banyak budaya."

Para peneliti menganalisis salah satu dari tujuh apa yang disebut "bag rings" yang ditemukan di kuburan di pemakaman Anglo-Saxon awal. Ini antara akhir abad kelima dan awal abad keenam Masehi. Makam ditemukan  dekat desa Scremby, sekitar  110 km timur Sheffield.

Setelah menganalisis protein kolagen gading, tim menemukan bahwa cincin itu terbuat dari gading gajah Afrika (genus Loxodonta). Analisis radiokarbon mengungkapkan bahwa binatang berkulit tebal itu hidup sekitar abad kelima Masehi. 

"Bag rings" telah membingungkan para arkeolog selama lebih dari 200 tahun. Ratusan telah ditemukan di situs pemakaman Anglo-Saxon di Inggris, sementara beberapa ditemukan di bagian lain Eropa barat laut.

Cincin berukuran antara  10 hingga 15 sentimeter dan hanya ditemukan di kuburan wanita Anglo-Saxon yang kaya. Terlalu besar untuk memuat satu jari, mereka pernah dianggap sebagai hiasan untuk lengan atas. Tetapi para arkeolog sekarang berpikir bahwa cincin-cincin itu diikatkan di pinggang dan cantelan tas yang berfungsi sebagai saku. Tempat untuk menyimpan benda-benda kecil  yang harus dibawa oleh para wanita.

"Kami sering menemukan [tas] berisi benda, dan cenderung acak," kata Willmott. "Tembaga pecah, koin Romawi, hal-hal seperti itu."

Penemuan mereka hanya di kuburan orang kaya dapat menunjukkan status: "Mereka mungkin diasosiasikan dengan wanita yang memiliki tempat khusus dalam masyarakat," katanya.

Para peneliti juga mengukur rasio isotop strontium gading (bentuk unsur dengan jumlah neutron yang berbeda). Rasio ini menunjukkan geologi suatu wilayah. Hasilnya menunjukkan bahwa gajah tumbuh di daerah dengan batuan vulkanik yang secara geologis masih muda. “Kemungkinan di wilayah Rift Valley di Afrika Timur,” kata Willmott.

Kurangnya penemuan pekerja gading  di Inggris Anglo-Saxon menunjukkan bahwa cincin itu dibuat di Afrika. Mungkin di Aksum, pusat pembuatan gading pada waktu itu - dan kemudian diperdagangkan hingga mencapai Inggris. Ada kemungkinan bahwa beberapa bag ring  yang ditemukan di benua Eropa dapat menjadi bukti perdagangan tersebut.

Temuan menunjukkan cincin gading populer di kalangan Anglo-Saxon setidaknya selama 100 tahun. "Jadi kita berbicara tentang perdagangan yang berkelanjutan," kata Willmott. Tetapi penggunaannya tampaknya telah berakhir pada abad ketujuh, kemungkinan karena jalur perdagangan yang sudah mapan telah terganggu.

Terlepas dari bukti baru untuk mengimpor gading Afrika, Anglo-Saxon diketahui telah mengimpor barang pecah belah dari Prancis, manik-manik amber dari Baltik, manik-manik kecubung dari Mediterania timur, dan cangkang cowrie dari Laut Merah atau India. Namun tidak ada catatan tentang jaringan perdagangan yang memasok barang-barang tersebut. (*)