World Bank: Dunia Mungkin Sedang Menuju Resesi Global

Yunike Purnama - Sabtu, 17 September 2022 09:32
World Bank: Dunia Mungkin Sedang Menuju Resesi GlobalIlustrasi resesi (sumber: Freepik)

JAKARTA - Bank Dunia menyampaikan bahwa saat ini ada ancaman menuju resesi global. Dilansir dari Reuters Sabtu, 17 September 2022, hal itu karena bank sentral di seluruh dunia secara bersamaan menaikkan suku bunga untuk memerangi inflasi yang persisten.

Tiga ekonomi terbesar dunia yakni Amerika Serikat, Cina, dan kawasan Europe telah melambat tajam dan bahkan terkena pukulan moderat terhadap ekonomi global selama tahun depan. Sehingga itu dapat mendorongnya ke dalam resesi.

Adapun saat ini ekonomi global dalam perlambatan tertajam menyusul pemulihan pasca-resesi sejak 1970, serta kepercayaan konsumen telah turun lebih tajam dibanding saat menjelang resesi global sebelumnya.

"Pertumbuhan global melambat tajam, dengan perlambatan lebih lanjut kemungkinan karena lebih banyak negara jatuh ke dalam resesi," kata Presiden Bank Dunia David Malpass.

Dia mengatakan bahwa kekhawatiran bahwa tren ini akan bertahan dengan konsekuensi yang menghancurkan bagi pasar negara dan ekonomi berkembang.

Apalagi kenaikan suku bunga yang disinkronkan yang sedang berlangsung secara global dan tindakan kebijakan terkait kemungkinan akan berlanjut hingga tahun depan.

Namun, mungkin tidak cukup untuk membawa inflasi kembali ke tingkat yang terlihat sebelum pandemi Covid-19.

Kecuali jika gangguan pasokan dan tekanan pasar tenaga kerja mereda, bisa menyebabkan tingkat inflasi inti global yang kecuali energi, dapat bertahan di sekitar 5% pada 2023.

Tentu ini hampir dua kali lipat rata-rata lima tahun sebelum pandemi.

Untuk mendorong inflasi lebih rendah, bank sentral mungkin perlu menaikkan suku bunga dengan tambahan 2 poin persentase, di atas kenaikan 2 poin yang sudah terlihat di atas rata-rata tahun 2021.

Tetapi peningkatan sebesar itu, bersama dengan tekanan pasar keuangan, akan memperlambat pertumbuhan produk domestik bruto global menjadi 0,5% pada tahun 2023, atau kontraksi 0,4% dalam istilah per kapita.

Di mana ini akan memenuhi definisi teknis dari resesi global.

Malpass mengatakan pembuat kebijakan harus mengalihkan fokus mereka dari mengurangi konsumsi ke meningkatkan produksi, termasuk upaya untuk menghasilkan investasi tambahan dan peningkatan produktivitas.

Resesi sebelumnya menunjukkan risiko membiarkan inflasi tetap tinggi untuk waktu yang lama sementara pertumbuhan lemah.

Bank Dunia mencatat bahwa resesi 1982 memicu lebih dari 40 krisis utang dan mengantarkan satu dekade pertumbuhan yang hilang di banyak negara berkembang.

Wakil presiden Bank Dunia Ayhan Kose mengatakan pengetatan kebijakan moneter dan fiskal baru-baru ini akan membantu memangkas inflasi, tetapi sifat tindakan yang sangat sinkron dapat memperumit situasi dan mempertajam perlambatan pertumbuhan global.

Sebagai informasi, studi tersebut menyarankan bahwa bank sentral dapat memerangi inflasi tanpa menyentuh resesi global dengan mengomunikasikan keputusan kebijakan mereka dengan jelas.

Lalu, untuk pembuat kebijakan harus menerapkan rencana fiskal jangka menengah yang kredibel. Serta terus memberikan bantuan yang ditargetkan kepada rumah tangga rentan.

Editor: Yunike Purnama
Bagikan
Yunike Purnama

Yunike Purnama

Lihat semua artikel

RELATED NEWS