Terlalu Pilih Pekerjaan, Pengangguran Lulusan SMK-Sarjana Tinggi

Eva Pardiana - Rabu, 11 Mei 2022 07:59
Terlalu Pilih Pekerjaan, Pengangguran Lulusan SMK-Sarjana TinggiAktivitas warga saat jam pulang kerja di kawasan Thamrin, Jakarta, Senin, 17 Januari 2022. (sumber: Ismail Pohan/TrenAsia)

JAKARTA — Tingkat pengangguran lulusan jenjang pendidikan atas masih lebih besar dibandingkan dengan lulusan jenjang pendidikan bawah pada Februari 2022 karena terlalu selektifnya kelompok itu dalam memilih bidang pekerjaan. 

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono mengatakan penyebab tingginya tingkat pengangguran lulusan jenjang pendidikan atas yakni terlalu selektifnya kelompok itu dalam memilih bidang pekerjaan. Sementara untuk lulusan pendidikan yang lebih bawah bersedia menerima pekerjaan apa pun.

“Jenjang pendidikan tinggi masih cukup tinggi, lantaran biasanya dengan bekal pendidikan tinggi memilih-milih pekerjaan,” kata Margo Yuwono dalam keterangan resminya, Selasa, 10 Mei 2022.

 BPS merilis terkait tingkat pengangguran berdasarkan pendidikan diurutkan dari yang tertinggi, yakni lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK) sebesar 10,38%, diikuti lulusan sekolah menengah atas (SMA) sebesar 8,35%. 

Kemudian, lulusan perguruan tinggi yang terdiri dari diploma-IV (D-4), sarjana (S-1), magister (S-2) dan doktoral (S-3) sebesar 6,17%. Lalu, lulusan diploma-I/II/III sebesar 6,09%. Selanjutnya, lulusan sekolah menengah pertama (SMP) sebesar 5,61% dan terakhir lulusan sekolah dasar (SD) sebesar 3,09%.

Berdasarkan data itu, tiga besar tingkat pengangguran tertinggi ada pada jenjang pendidikan atas, yakni lulusan SMK, kemudian SMA, dan diikuti lulusan perguruan tinggi. 

“Tingkat SD ke bawah itu bersedia menerima pekerjaan apa pun, sehingga tingkat pengangguran rendah,” ujar Margo.

Sementara itu, kabar baiknya tingkat pengangguran pada semua jenjang pendidikan itu mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun lalu pada bulan yang sama yakni Februari 2021. Namun, kondisi itu belum lebih baik jika dibandingkan dengan kondisi sebelum pandemi atau tepatnya pada Februari 2020.

Tulisan ini telah tayang di www.trenasia.com oleh Muhammad Heriyanto pada 11 May 2022 

Editor: Eva Pardiana

RELATED NEWS