BANDARLAMPUNG - Peringatan Hari Kebaya Nasional yang jatuh pada tanggal 24 Juli 2024 dimaknai sebagai momentum untuk mengingat kembali kebaya sebagai busana nasional.

Kebaya disebutnya juga menunjukkan identitas bangsa sebagai perekat, bersifat lintas etnis dan berkembang menjadi aset budaya sehingga perlu dijaga, dirawat dan dilestarikan keberadaannya.

PT PLN Nusantara Power UP Bandar Lampung melalui Srikandi dan Lazis melakukan kegiatan “Srikandi berbagi” dengan memberikan makanan sebanyak 6o paket kepada para ojek online dan pengemudi angkot.

Kebaya ini dinilai sebagai suatu hal yang harus dilestarikan. Kebaya Indonesia juga dianggap sebagai suatu identitas nasional perekat bangsa yang bersifat lintas etnis dan telah berkembang menjadi aset budaya yang sangat berharga.

Manager PLN Nusantara Power UP Bandar Lampung Sigit Kusumawan Ardianto menjelaskan, Dalam peringatan Hari kebaya Nasional tahun 2024 ini Srikandi PLN NP UP Bnadar Lampung mengadakan kegiatan berbagi makanan untuk para ojek online dan supir angkot yang melintas disekitar jalan Z.A Pagar Alam.

“Srikandi PLN Nusantara Power UP Bandar Lampung hadir dan berperan aktif melakukan pemberdayaan perempuan atau women empowerment baik di internal perusahaan maupun sosial masyarakat untuk meningkatkan kemandirian secara ekonomi”, jelas Sigit.

Lebih lanjut, Sigit mengatakan bahwa peringatan hari kebaya sebagai warisan budaya tak benda dunia juga mampu memberikan literasi tentang filosofi kebaya serta menunjukkan perilaku sosial perempuan Indonesia.

Hari Kebaya adalah momen istimewa untuk merayakan keindahan dan keanggunan warisan budaya Indonesia. Dalam balutan kebaya, tercermin kecantikan tradisi yang kaya dan penuh makna. Kebaya bukan hanya busana, tetapi juga simbol kekuatan, keanggunan, dan kebanggaan sebagai perempuan Indonesia.

Kebaya mengajarkan tentang pentingnya menjaga dan menghargai warisan leluhur. Setiap helai kainnya mengandung cerita dan cinta yang diwariskan dari generasi ke generasi. Di Hari Kebaya Nasional ini, kita merayakan harmoni antara masa lalu dan masa kini, serta memperkuat identitas budaya yang tak ternilai harganya. (*)