Semnas Konservasi, Bahas Tantangan Biodiversitas dan Peran Strategis Lampung

Eva Pardiana - Jumat, 16 Mei 2025 10:45
Semnas Konservasi, Bahas Tantangan Biodiversitas dan Peran Strategis LampungPenyelenggaraan Seminar Konservasi III 2025 dipusatkan di UPT TIK (Teknologi Informasi Komunikasi) Unila, didukung oleh Kementerian Kehutanan, Yayasan Badak Indonesia, dan Universitas Lampung. (sumber: Dok. Panitia Semnas Konservasi III 2025)

BANDAR LAMPUNG – Laju kehilangan keanekaragaman hayati mencapai tingkat yang sangat tinggi dalam sejarah manusia. Perubahan iklim, dengan segala dampaknya yang ekstrem, semakin memperparah tekanan terhadap ekosistem. “Di Indonesia, sebagai negara mega-biodiversitas, tantangan ini menjadi semakin krusial. Oleh karenanya perlu kerjasama dan sinergi para pihak untuk menjawab tantangan itu dengan tindakan nyata,” ungkap Rektor Universitas Lampung Prof Lusmeilia Afriani yang disampaikan Wakil Rektor II Bidang Umum dan Keuangan Dr. Habibullah Jimad pada Seminar Nasional Konservasi III Tahun 2025, Kamis (15/5/2025).

Seminar Nasional Konservasi tahun ini bertema "Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem sebagai Langkah Generasi Masa Kini Menuju Lampung Visioner dan Indonesia Hijau". Provinsi Lampung adalah miniatur kekayaan alam Indonesia. Terbentang Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) yang memanjang hingga Bengkulu, menjadi rumah penting bagi tiga satwa liar kunci yang dilestarikan gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus), badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), dan harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae).

TNBBS juga merupakan situs Warisan Dunia UNESCO, terdapat juga Taman Nasional Way Kambas (TNWK), sebagai pusat konservasi gajah sumatera dan pusat pelestarian badak sumatera. Di Selat Sunda, berdiri kokoh Cagar Alam Krakatau, sebagai laboratorium alam yang menyimpan catatan evolusi dan suksesi ekologis pasca-letusan dahsyat, juga  Tahura Wan Abdul Rachman menjadi paru-paru hijau yang penting bagi kualitas lingkungan dan sumber air bagi masyarakat Lampung. Keberadaan kawasan konservasi tersebut merupakan anugerah sekaligus amanah yang harus kita jaga dengan sungguh-sungguh.

Narasumber dalam seminar, Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam (KSDAE) Kementerian Kehutanan yang diwakili Direktur Keanekaragaman Spesies dan Genetik, Nunu Anugrah, yang memaparkan kebijakan nasional, akan memberikan perspektif strategis dalam pengelolaan dan pelestarian sumber daya alam dan ekosistem.

Direktur Program YABI Arief Rubianto, berbagi pengalaman praktis dan tantangan nyata dalam upaya konservasi satwa liar badak sumatera dan badak jawa yang terancam punah. Terakhir Prof. Sugeng P. Harianto, Guru Besar Konservasi Unila memaparkan program konservasi rusa di Universitas Lampung, ungkap Dr. Bainah Sari Dewi, Ketua Panitia Seminar Nasional Konservasi.

Pelaksanaan Seminar yang dilaksanakan secara online (daring) mencapai 274 orang yang berasal dari Sumatera hingga Papua, baik dari Kementerian Kehutanan dan UPT Kemenhut baik Balai Taman Nasional dan BKSDA, peneliti dan akademisi dari berbagai kampus se-Indonesia, fungsional kehutanan, dan fungsional lainnya, pemerhati, dan mahasiswa.

Dalam sesi presentasi akan menampilkan 73 paper dari hasil penelitian di 11 provinsi dari Nusa Tenggara, Sulawesi, Kalimantan, Bali, Jawa dan Sumatera.

Topik penelitian dikelompokkan dalam tujuh sub tema yaitu Penangkaran Satwa Liar, Konservasi Satwa Liar, Biodiversitas Flora dan Fauna, Kesehatan Flora Fauna dan Manusia dan Ekosistem, Sosial Ekonomi Budaya dan Pemberdayaan Masyarakat, Konservasi Sumber Daya Lahan, Kebijakan Konservasi Sumber Daya Alam, dan Adat Istiadat, Kearifan Lokal tentang Konservasi. Penyaji berasal dari 12 Perguruan Tinggi dan 1 instansi: Universitas Halu Uleo, Universitas Mulawarman, Universitas Tujuhbelas Agustus Surabaya, UIN Raden Mas Said Surakarta, Universitas Diponegoro, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada, Universitas Padjdjaran, Universitas Al Muslim Aceh, UIN Raden Intan Lampung, Institut Teknologi Sumatera, dan Universitas Lampung, serta BPSDM Provinsi Lampung. (*)

Bagikan

RELATED NEWS