Sedekah untuk Alam Habitat Rekayasa Taman Kupu-Kupu Gita Persada

Yunike Purnama - Kamis, 29 Oktober 2020 22:30
Sedekah untuk Alam Habitat Rekayasa Taman Kupu-Kupu Gita PersadaKupu-kupu jenis Arhopala pseudocentaurus salah satu spesies kupu-kupu di TKKGP. (sumber: Yunike Purnama/Kabarsiger)

PANAS terik menemani perjalanan menuju Taman Kupu-Kupu Gita Persada (TKKGP), lokasi yang menjadi satu-satunya penangkaran kupu-kupu di Sumatera. Jalur perjalanan cukup berbukit, terkadang ditemani pemandangan penyejuk mata serba hijau di sekeliling jalan.

Wartawan Kabarsiger.com Yunike Purnama Putri, Bandar Lampung.

Setelah menempuh waktu 30 menit dari pusat kota Bandar Lampung sampailah ditempat tujuan, tepatnya Jl. Wan Abdurrahman, Kemiling Bandar Lampung. Baru saja menginjakan kaki, banyak kupu-kupu cantik jenis eurema blanda (kupu-kupu kuning bintik  tiga) dan papilio paranthus (kupu-kupu hijau biru) menyambut dengan terbang bebas.

Memasuki taman kupu-kupu ini, pengunjung akan dibawa kedalam suasana asri dengan vegetasi pepohonan rimbun disekitarnya sembari ditemani anak tangga dengan trek jalan tanah untuk mengitarinya.

Provinsi Lampung menjadi salah satu provinsi yang beruntung karena memiliki tempat penangkaran kupu-kupu seperti Taman Kupu-Kupu Gita Persada (TKKGP). Karena tidak hanya menjadi yang pertama di Sumatera, tetapi pertama di Indonesia dengan berhasil menciptakan habitat rekayasa dengan siklus konservasi mampu mendatangkan ratusan spesies kupu-kupu yang ada di Indonesia.

Memang bukan perjalanan singkat sampai berhasil mendatangkan ratusan spesies kupu-kupu ini, TKKGP telah melalui perjalanan panjang sejak tahun 1997-1998 dengan mengembangkan taman kupu based on research atau dikelola dengan hasil dari penelitian. Sampai pada akhirnya melahirkan seorang Doktor bidang konservasi kupu-kupu pertama di Indonesia yakni DR Herawati Soekardi yang merupakan pemilik dari TKKGP.

Pengelola Taman Kupu-Kupu Gita Persada Martinus  bercerita, awal saat penelitian dari hanya 7 spesies kupu-kupu, kini TKKGP telah memiliki 189 spesies kupu-kupu.

Dipilihnya kupu-kupu karena tidak hanya indah secara visual, namun memiliki banyak manfaat. Sebagai hewan polinator yang membantu penyerbukan tumbuhan, kupu-kupu memiliki peran dalam kelangsungan hidup dan perkembangbiakan sebagian besar tumbuhan.

"Awalnya kami kembangkan taman kupu - kupu ini dengan situasi yang sangat minim informasi khususnya di Indonesia yang ditahun 1998 sedang mengalami krisis ekonomi. Uniknya kami malah bekerja keras mencari informasi sebanyak mungkin bagaimana cara konservasi kupu-kupu ini mampu terwujud. Dan, pernah mencoba mencari informasi sampai ke luar negeri, seperti Eropa dan Jepang tetapi tetap tidak bisa diterapkan Indonesia karena perbedaan iklim dan jenis tanaman yang berbeda," jelasnya saat ditemui Kabarsiger, Minggu (18/10/2020).

"Banyak yang mengatakan mustahil pada saat itu, banyak orang tidak percaya jika habitat rekayasa konservasi kupu-kupu bisa terwujud," ceritanya.

Namun perlahan tapi pasti, singkat cerita lambat tahun setelah banyak eksplorasi rehabilitasi hutan dengan membuat habitat rekayasa menanam ratusan hingga ribuan tanaman untuk mendatangkan kupu-kupu. Pada akhirnya usaha ini membuahkan hasil dan mampu membuat kupu-kupu sustain atau bertahan. Habitat rekayasa konservasi kupu-kupu Gita Persada pada akhirnya mampu terwujud.

"Saat kita berbicara terkait habitat rekayasa konservasi kupu-kupu, tentu tidak hanya berfikir hanya soal kupu-kupunya melainkan daya dukung keberlangsungan ketersediaan makanan yang tidak boleh putus, hingga resiko predator yang akan datang juga harus diperhatikan," jelasnya.

Dan, perlu diketahui setiap spesies kupu-kupu jenis tanaman makanannya berbeda. Ulat hanya memakan tanaman khusus yang menjadi inangnya, sehingga kunci siklus konservasi kupu-kupu diawali dari tanaman inang dan larva atau ulatnya.

Jadi kalau saat ini sudah ada 189 spesies kupu-kupu, berarti ada 189 jenis tanaman inang dan larvanya, kemudian 189 jenis telur kupu-kupu, 189 jenis larva, 189 jenis pupa, hingga beragam jenis predatornya. Awal dari 7 spesies kupu-kupu, saat ini sudah ada 189 spesies.

"Inilah yang dimaksud dengan habitat rekayasa, kita menciptakan siklus keberlangsungan hidup dengan daya dukung tanaman inang yang mencukupi, sehingga menjadikan kupu-kupu ini datang secara alami dan menetap untuk tinggal dilokasi ini," jelas Martinus yang juga merupakan dosen Mechatronics and Rural Tech Universitas Lampung.

Dari hasil kerja keras ini, perlahan konsep konservasi habitat rekayasa TKKGP menarik perhatian banyak pihak. Bahkan, dari mancanegara sudah mulai memperlihatkan ketertarikannya.

Hal ini terbukti dengan kehadiran National Geographic versi junior dan dewasa, kemudian tim Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung Sulawesi Selatan yang terkenal dengan wilayah The King of Butterfly di Indonesia datang langsung ke TKKGP untuk melihat hasil dari konservasi pelestarian kupu-kupu.

Selain itu, tim Taman Kupu-Kupu Gita Persada sering diundang menjadi pembicara memberikan pemaparan langkah menciptakan habitat rekayasa, salah satunya untuk Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) dalam upaya pengembangan pelestarian Badak.

Penerapan konservasi kupu-kupu TKKGP sudah mulai dilakukan diberbagai lokasi, seperti di Hotel Borobudur Jakarta hingga lahan pribadi milik mantan presiden RI Megawati Soekarno Putri.

"Karena konsep konservasi kupu-kupu dengan membuat habitat rekayasa secara alami ternyata dapat dipraktikan untuk semua hewan, bahkan tidak harus dilahan yang luas karena dari halaman rumah pun kita bisa memulainya," jelasnya.

Maka penerapan habitat rekayasa konservasi kupu-kupu rencana jangka panjang ingin diperkenalkan kepada masyarakat luas dengan penerapan yang lebih sederhana, karena semakin banyak yang melakukan konservasi maka akan semakin lestari kupu-kupu dan aneka ragam tumbuhannya.

"Inilah cara kita bersedekah untuk alam dengan membuat siklus kehidupan berkelanjutan agar kupu-kupu dan beragam tanaman yang tumbuh tetap lestari," ujar Martinus.

Konsisten menciptakan siklus kehidupan melalui habitat rekayasa inilah yang menjadi kertarikan PT Pertamina (Persero) MOR II. Pertamina menerima pengajuan konsep dari tim Taman Kupu-Kupu Gita Persada yakni menanam pohon itu tidak sekadar diartikan hanya menghijaukan hutan. Tetapi juga memikirkan kelangsungan rantai makanan yang otomatis menjadikan hutan sebagai tempat konservasi keanekaragaman hayati.

Selanjutnya bentuk tanggung jawab atas penerimaan dana CSR Pertamina tidak hanya sekedar report, tetapi ada monitoring secara berkelanjutan. Misalnya menanam bibit pohon A, kapanpun bisa di cek lokasi, jenis atau sudah berusia berapa tahun sejak ditanam bibitnya.

"Karena konsen kami tetap menjalankan konservasi kupu-kupu, jadi apa yang diterima harus dikembalikan untuk alam," kata Martinus.

Bantuan CSR Pertamina kepada TKKGP dimulai sejak tahun 2016. Untuk realisasinya sudah banyak dimanfaatkan secara berkelanjutan baik untuk alam ataupun masyarakat, mulai dari penanaman 10.000 bibit tanaman yang terdiri dari 120 jenis tumbuhan untuk mendatangkan kupu-kupu, pembangunan museum taman kupu-kupu 4 lantai, tempat penangkaran kupu-kupu hingga yang sedang proses saat ini pembangunan jembatan layang untuk pengunjung agar bisa menikmati keindahan alam dan kupu-kupu terbang bebas dari atas.

Museum Kupu-Kupu di TKKGP.

"Untuk pembangunan jembatan layang masih berlangsung sampai sekarang dan konsep yang kami terapkan tidak merusak alam, justru menolong alam. Seperti lokasi titik awal jembatan layang sebenarnya ini membantu untuk menopang pohon tua agar tidak roboh. Alhasil menjadi salah satu spot foto favorit pengunjung, karena lokasinya yang unik dengan pohon besar sebagai latar belakangnya," cerita Martinus.

Community Development Officer (CDO) PT Pertamina (Persero) Panjang Lampung Nurul Fajri Indah mengatakan, kerjasama Pertamina dan TKKGP sudah berlangsung lama sejak tahun 2016. Pemberian CSR ini merupakan bentuk kepedulian Pertamina untuk alam khususnya terhadap habitat kupu-kupu.

"Sejalan dengan komitmen Pertamina dalam hal ketulusan melayani Negeri, dalam hal ini alam pun jangan sampai terabaikan," ujar Nurul.

Program CSR yang diberikan Pertamina antara lain bantuan berupa penanaman tanaman, pembangunan gedung museum kupu-kupu, tempat penangkaran kupu-kupu dan terbaru masih proses adalah pembangunan jembatan layang atau walk way untuk para pengunjung melihat kupu-kupu dari atas tanpa mengganggu siklus ekosistem yang sudah terbentuk.

Pada dasarnya program-program CSR Pertamina harus mampu sustain atau berkelanjutan. Road map monitorinf memastikan program tersebut sustain berjalan 3 - 5 tahun dan TKKGP ini adalah salah satunya di Lampung. (KE)

Bagikan
Yunike Purnama

Yunike Purnama

Lihat semua artikel

RELATED NEWS