Rayakan HDI dan HUT Sadila ke-7 Gelar Monolog Sampaikan Pesan Inklusi
Yunike Purnama - Senin, 15 Desember 2025 06:40
Rayakan HDI dan HUT Sadila ke-7 Gelar Monolog Sampaikan Pesan Inklusi (sumber: Ist)BANDARLAMPUNG - Sahabat Difabel Lampung (Sadila) bekerjasama dengan Yayasan Satunama dan Universitas Muhammadiyah Lampung (UML) merayakan Hari Disabilitas Internasional (HDI) dan HUT Sadila ke-7 dengan menggelar Monolog bertemakan 'Rumah Bercerita: Tentang Cinta yang Menumbuhkan Empati dan Inklusi’ di Gedung Teater Tertutup Dewan Kesenian Lampung (DKL), PKOR Way Halim pada Minggu (14/12).
Kegiatan dibuka langsung oleh Komisi IV DPRD Bandar Lampung Dewi Mayang Suri Djausal, mengatakan penyandang disabilitas tidak boleh dipandang dari sisi keterbatasan, melainkan dari potensi dan talenta yang dimiliki.
“Setiap orang lahir dengan talenta masing-masing. Itu bukan kekurangan, tapi keunikan. Kita tidak boleh fokus pada keterbatasan, tapi pada kelebihan yang Tuhan berikan,” ujar Dewi Mayang.

DPRD juga terus mendorong Pemerintah Kota Bandarlampung agar program inklusi yang telah masuk dalam dokumen perencanaan pembangunan benar-benar direalisasikan.
“Isu disabilitas ini sudah menjadi prioritas nasional dan masuk dalam perencanaan pembangunan. Pemerintah kota harus merealisasikannya, mulai dari infrastruktur ramah disabilitas, pelayanan publik yang inklusif, sampai akses pendidikan dan kesehatan,” katanya.
Momentum HDI 2025 dan tujuh tahun perjalanan Sadila menegaskan bahwa inklusi tidak cukup berhenti pada perayaan simbolik. Panggung monolog, suara anak-anak, dan dorongan kebijakan menjadi bagian dari upaya bersama untuk menghadirkan Kota Bandar Lampung yang lebih empatik dan benar-benar inklusif.
Konsep Monolog Sampaikan Pesan Inklusi

Ketua Sahabat Difabel Lampung (SADILA), Etik Mudmainah mengatakan HDI tahun ini sengaja dikemas dengan kekeluargaan dan edukatif. Monolog dipilih sebagai cara untuk menyampaikan pesan kepada orang tua dan masyarakat luas mengenai pentingnya empati dan penerimaan terhadap anak disabilitas.
Ia menyebutkan, sebanyak 72 anak disabilitas tampil dalam kegiatan tersebut, berasal dari Bandar Lampung, Lampung Selatan, hingga Metro. Panggung dinilai menjadi ruang penting bagi anak-anak untuk membangun kepercayaan diri dan kesiapan bersosialisasi.
“Kita ingin anak-anak ini terbiasa tampil, supaya nanti ketemu orang mereka terbiasa, tidak tantrum, dan bisa lebih percaya diri,” ujarnya.
Ketua Pelaksana Ririn Izzati menambahkan, semenjak saya bergabung Sadila sejak tahun 2023 berbagai ilmu luar biasa sudah didapat seperti pendampingan, pengajaran, penanganan psikologi untuk anak-anak difabel yang didalamnya tidak hanya soal pendidikan, tetapi diberikan ruang kreasi untuk anak-anak berkembang sesuai keistimewaannya.
"Sadila kini sudah menjadi rumah kedua kami yang mengajarkan menumbuhkan empati, kasih sayang dan perjuangan bersama-sama mewujudkan inklusi, melalui performance monolog hari ini semoga pesannya sampai untuk semuanya," harap Ririn.
Masih Minimnya Sekolah Inklusi

Terkait kendala pengembagan inklusi, Etik menyampaikan keterbatasan pemenuhan hak anak disabilitas, khususnya pada akses pendidikan. Menurutnya, jumlah sekolah negeri khusus disabilitas di Bandar Lampung masih sangat minim dan tidak sebanding dengan jumlah pendaftar setiap tahun.
“Sekolah negeri untuk anak disabilitas di Bandar Lampung itu cuma satu. Kuotanya terbatas, sementara pendaftarnya bisa sampai puluhan bahkan ratusan. Ini yang menurut saya paling urgent sekarang soal sekolah,” jelas Etik.
Selain itu, tantangan lain yang dihadapi Sadila adalah keterbatasan relawan aktif dan sumber pendanaan karena sebagian besar kerja pendampingan masih berbasis kesukarelawanan. (*)

