PTPN I Regional 7 Fokus pada Detail Teknis Maksimalkan Potensi Produksi

Eva Pardiana - Kamis, 20 Februari 2025 13:22
PTPN I Regional 7 Fokus pada Detail Teknis Maksimalkan Potensi ProduksiInstruksi untuk memperhatikan detail teknis itu disampaikan Region Head PTPN I Regional 7 Tuhu Bangun saat memberi pengarahan di Kebun Way Lima, Pesawaran, Rabu (19/2/2025). (sumber: PTPN I Regional 7)

PESAWARAN – Menjadi kampiun pada kinerja 2024, PTPN I Regional 7 ditantang pemegang saham untuk menaikkan produksi secara signifikan. Untuk menjawab tantangan itu, manajemen menggerakkan seluruh potensi sehingga room improvement yang ada bisa digali secara maksimal. Salah satunya dengan memperbaiki detail teknis di lapangan.

Instruksi untuk memperhatikan detail teknis itu disampaikan Region Head PTPN I Regional 7 Tuhu Bangun saat memberi pengarahan di Kebun Way Lima, Pesawaran, Rabu (19/2/2025). Tuhu mengatakan, RKAP 2025 yang telah ditetapkan dan tantangan dari pemegang saham membutuhkan operasional serius dari seluruh lapisan. Sebab, kata dia, dari sisi luas kebun dan jumlah tanaman tidak ada penambahan.

"RKAP yang disusun bersama sudah mengacu kepada angka-angka realistis berdasarkan potensi yang ada. Bahkan kita di-challenge oleh BOD (Board of Direction) dengan angka yang lebih tinggi dari RKAP. Tantangan mereka juga bukan dari asumsi belaka, tetapi memang potensi kita masih memungkinkan. Itulah mengapa kita harus cermat, detail, dan rigid dalam semua aspek," kata Tuhu Bangun.

Perhatian Tuhu Bangun kepada detail disampaikan usai menginspeksi proses sadap, pungut, dan angkut karet di Afdeling III Kebun Way Berulu dan Afdeling II Kebun Way Lima. Bersama SEVP Operasional Wiyoso, SEVP Business Support Bambang Agustian, Kabag. Sekretariat dan Hukum Agus Faroni Kabag. SDM Ronal Sudrajat, dan beberapa pejabat lain, mereka membelasak ke kebun menggunakan sepeda motor trail. Kepada Manajer Way Lima Luki, para Asisten, dan para mandor, Tuhu Bangun berdiskusi dan menggali informasi teknis penggalian produksi.

Pencarian opsi dilanjutkan dengan diskusi informal di Kantor Sentral Kebun Way Lima. Dari beberapa data dan informasi di lapangan, baik Tuhu Bangun maupun Wiyoso mendorong semua tahapan eksploitasi dan treatmen pada teknis penggalian produksi diperketat. Tuhu juga mewanti-wanti agar tidak ada pohon yang tidak tersadap, tidak ada getah yang tidak terpungut atau hilang  dan tidak ada bahan baku produksi yang kehilangan manfaat.

"Kita sudah lihat dan dengar bersama tadi di lapangan kondisi kondisinya seperti apa dan hasilnya seperti apa. Nah, dari data itu kita bisa ambil kesimpulan bahwa potensi kita masih banyak. Jika semua teknis penggalian dilakukan secara detail, saya yakin challenge pemegang saham bisa kita wujudkan. Tahun 2025 kita bisa produksi 71 ribu ton (karet olahan)," kata dia.

Beberapa aspek teknis yang harus ditangani dan diawasi secara detail diungkap Wiyoso. Antara lain, waktu pungut karet yang terlalu awal sehingga getah masih menetes dan tidak terpungut. Dalam perhitungan bersama dalam rapat, potensi kehilangan dari proses pungut terlalu dini di Kebun Way Lima diperkiran lebih dari 1,5 ton perhari.

"Saya minta waktu pungut getah dimundurkan 1,5 jam dari yang sekarang berlaku. Kalau memang harus ada tambahan biaya premi, kita tambah dengan perhitungan cost dan benefitnya. Saya yakin masih untung kita," kata Tuhu Bangun.

Diskusi meluas kepada masalah lain yang masih lanjutan dari proses pungut terlalu awal. Yakni pencurian produksi yang masih terjadi di kebun. Diidentifikasi dari lapangan, pencurian terjadi tidak pada getah karet yang disadap oleh pekerja pada jadwal normal, melainkan pada getah yang masih menetas dan tersisa atau tertampung di mangkuk setelah dipungut pekerja. Angka produksi yang dicuri tersebut, dalam hitungan bersama, lebih banyak atau euivalen dengan tersebab pungut terlalu awal.

"Ada istilah, kejahatan terjadi karena ada kesempatan. Dalam hal ini, karet kita dicuri orang karena ada kesempatan. Getah kita masih ada di mangkok, di kebun. Jadi, orang tertarik untuk mencuri," kata dia.

Tentang penggunaan bahan baku berupa pupuk, obat-obatan, maupun bahan lainnya juga menjadi sorotan diskusi. Dari data pengaplikasian cairan stimulan pemacu getah, Wiyoso mensinyalir ada bias atas hasil yang disebabkan kurang tepat. Dengan dosis yang sama pada varitas letas yang sama, terdapat perbedaan hasil, Wiyoso menduga ada cara aplikasi yang kurang tepat atau bahkan keliru.

"Untuk mendapatkan yang besar harus tetap memperhatikan hal-hal kecil. Jangan menganggap sesuatu yang terlihat ringan itu sebagai remeh-temeh dan tidak penting. Aplikasi stimulansia tolong diperhatikan betul. SOP nya kan sudah jelas. Jangan sembarangan meskipun sudah terbiasa. Kita harus detail. Gagal di stimulansia sama saja kita buang uang dan buang kesempatan. Tolong, ya," kata dia.

Satu topik lagi yang menjadi perhatian manajemen adalah pencapaian kadar karet kering dalam getah (DRC, dry rubber concrete). Wiyoso mengingatkan agar pengawasan produksi sejak dari mangkok yang dikumpulkan pekerja sampai disetor ke stasiun lateks (STL) aman dari perlakuan negatif dan kontaminan.

"Soal DRC juga harus dipastikan. Jangan ada lagi lateks DRC nya dibawah standar. Bapak-Ibu pasti sudah tahu bagaimana cara mengatasinya," kata dia.

Meskipun disampaikan di Kebun Way Lima, Tuhu Bangun menyatakan instruksi ini berlaku untuk semua Unit Kerja di PTPN I Regional 7. Sebab, hal-hal tersebut sering dianggap biasa sehingga abai dari perhatian. (*)

Tags PTPN I Regional 7Bagikan

RELATED NEWS