PMI Manufaktur Meningkat, Industri Tekstil Masih Berdarah

Yunike Purnama - Selasa, 04 Juli 2023 06:38
PMI Manufaktur Meningkat, Industri Tekstil Masih Berdarah Industri tekstil masih berdarah-darah di tengah laju deru mesin industri manufaktur di tanah air yang meningkat, menyusul permintaan baru di pasar. (sumber: Hippopx)

JAKARTA - Industri tekstil masih berdarah-darah di tengah laju deru mesin industri manufaktur di tanah air yang meningkat, menyusul permintaan baru di pasar.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang mengungkapkan, kondisi positif ini tercemin dari capaian Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang dirilis oleh S&P Global pada Juni 2023 menyentuh level 52,5 atau naik signifikan dibandingkan bulan sebelumnya di tingkat 50,3.

“Aktivitas industri manufaktur kita terus bergeliat. Ini ditandai capaian PMI Manufaktur Indonesia tetap di fase ekspansif hingga 22 bulan berturut-turut atau hampir dua tahun. Artinya, tingkat optimisme dari para pelaku industri kita secara keseluruhan juga meningkat," kata dia dalam keterangan resmi, Senin, 3 Juli 2023.

Berdasarkan data PMI Manufaktur Indonesia pada Juni 2023 mampu melampui PMI Manufaktur ASEAN di tingkat 51, Malaysia 47,7, Myanmar ditingkat 50,4. Lalu, Filipina 50,9, Taiwan 44,8, Vietnam 46,2, Jepang 49,8, China 50,5, Korea Selatan 47,8, Inggris 46,2, dan Prancis 45,5.

Merujuk data United Union Statistics Economics, Indonesia masuk dalam daftar 10 negara manufaktur teratas berdasarkan persentase kontribusi mereka terhadap output manufaktur global. Selain Indonesia, ada negara-negara maju lainnya seperti China, Amerika Serikat, Jepang, Jerman, India, dan Korea Selatan.

Menperin Agus menegaskan, sesuai arahan Presiden Joko Widodo, hilirisasi industri sebagai lompatan besar dalam membangun Indonesia ke depan. Hilirisasi merupakan proses meningkatkan nilai tambah suatu komoditas dengan mengolah atau memurnikan bahan mentah menjadi barang setengah jadi atau produk jadi. Nilai jual produk turunan atau yang mengalami proses hilir akan semakin tinggi, dibandingkan dijual dalam bentuk bahan mentah.

Industri Tekstil Masih Berdarah

Di tengah kondisi ekspansif sektor manufaktur nasional, industri tekstil dan produk tekstil (TPT) masih mengalami kontraksi. Bahkan termasuk menjadi salah satu dari tiga subsektor manufaktur yang mengalami kontraksi pada survei IKI Juni 2023.

“Penyebab industri tekstil masih menderita karena pasar domestik dibanjiri produk impor, terutama yang masuk melalui PLB (Pusat Logistik Berikat). Kemenperin meminta agar dilakukan pengawasan ketat atas barang keluar dari PLB yang masuk ke pasar domestik, serta terhadap marketplace yang juga merupakan pintu masuk produk tekstil impor, tegas Agus.

Namun begitu, Kemenperin melihat peluang bagi industri TPT dengan adanya tahun ajaran baru sekolah. Hal ini diyakini mendorong dan membangkitkan industri TPT yang sedang tertekan. Melalui kebijakan Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri (P3DN), diharapkan untuk pemenuhan pakaian sekolah negeri dan pakaian pegawai di pemerintah dapat meningkatkan aktivitas produksi di industri TPT untuk memenuhi permintaan tersebut.

Berdasarkan laporan S&P Global, ekspansi yang dialami industri manufaktur Indonesia pada Juni 2023 didukung oleh peningkatan pada permintaan baru. Ini mengakibatkan kenaikan produksi, yang juga turut berdampak pada bertambahnya jumlah tenaga kerja.(*)

Editor: Redaksi
Yunike Purnama

Yunike Purnama

Lihat semua artikel

RELATED NEWS