JAKARTA - Setahun merger PT Pelindo dilakukan. Perusahaan plat merah itu mengklaim mampu melakukan penghematan. Penghematan salah satunya dilakukan Subholding PT Pelindo Terminal Petikemas (SPTP). SPTP melakukan penghematan dengan optimalisasi aset, Selama setahun, penghematan dari optimalisasi aset disebut sedikitnya mencapai Rp500 miliar.

Corporate Secretary SPTP Widyawendra mengatakan, nilai penghematan tersebut didapat dari sejumlah relokasi peralatan yang dilakukan oleh perseroan.

Relokasi peralatan pendukung kepelabuhanan dilakukan SPTP untuk memenuhi kebutuhan minimal peralatan di terminal peti kemas yang membutuhkan.

• Cuaca Buruk, Pasokan Ikan Teri Asin di Pulau Pasaran Anjlok
• Pengamat: Aplikator Harus Buktikan Biaya Komisi Mampu Tingkatkan Kualitas Layanan
• Kemenkominfo dan Siberkreasi Bekali Komunitas Manajemen Katalog Product Online

Hingga September 2022, sedikitnya SPTP telah merelokasi 3 unit alat angkat peti kemas di atas dermaga (quay container crane/QCC), 4 unit alat angkat peti kemas di lapangan penumpukan (rubber tyred gantry/RTG).

“Optimalisasi aset ini dilakukan untuk mendukung standardisasi terminal peti kemas dengan cara memenuhi kebutuhan minimum peralatan, ketimbang jika harus melakukan pembelian baru melalui pengadaan yang membutuhkan biaya besar dan waktu yang tidak sedikit,” kata Widyaswendra.

Dia menyebutkan, nilai baru alat jenis QCC berkisar antara Rp140 milliar hingga Rp160 milliar per unit. Sementara untuk jenis RTG berkisar antara Rp40 milliar hingga Rp50 milliar.

Jumlah aset yang dioptimalkan oleh PT Pelindo Terminal Petikemas hingga tahun 2025 mencapai 99 peralatan yang akan direlokasi ke sejumlah terminal peti kemas di seluruh wilayah kerja perusahaan.

“Selain QCC dan RTG juga ada alat angkat dan angkut peti kemas lainnya yang akan dioptimalkan, tentunya disesuaikan dengan terminal yang akan dituju terutama infrastruktur seperti dermaga dan lapangan penumpukan,” lanjutnya.

Direktur The National Maritime Institute (Namarin) Siswanto Rusdi mengatakan, saat ini terdapat ketimpangan antara terminal peti kemas di wilayah barat dengan wilayah timur di Indonesia.

• Cek Harga Emas Antam di Pegadaian Rabu, 5 Oktober 2022
• Kemenperin Kejar Target Produksi 2 Juta Unit Sepeda Motor Listrik
• Pemkot Bandar Lampung Tidak Membuka Seleksi PPPK 2022

Sejumlah terminal peti kemas belum didukung dengan peralatan yang memadai. Akibatnya kinerja bongkar muat di sejumlah terminal masih belum maksimal.

Menurutnya, selain sejumlah program perbaikan dan peningkatan kompetensi petugas operasional, peralatan juga menjadi hal penting dalam meningkatkan kinerja terminal peti kemas.

“Dengan kinerja bongkat muat yang baik, maka waktu kapal berada di terminal peti kemas (port stay) menjadi lebih cepat. Sehingga mereka dapat segera berlayar dan diharapkan dapat menambah jumlah kunjungan kapal (turn round voyage),” jelas Siswanto. (*)