Nilai Kurs Rupiah Berpeluang Menguat Karena Manufaktur AS yang Menurun
Yunike Purnama - Selasa, 04 Juli 2023 11:42JAKARTA - Nilai kurs rupiah berpeluang menguat pada perdagangan hari ini, Selasa, 4 Juli 2023, akibat purchasing manager index (PMI) manufaktur Amerika Serikat (AS) yang menurun.
Menurut data perdagangan Bloomberg, Selasa, 4 Juli 2023, nilai kurs rupiah dibuka melemah 17 poin di posisi Rp15.047 per-dolar AS.
Pada perdagangan sebelumnya, Senin, 3 Juli 2023, nilai kurs rupiah ditutup menguat 35 poin di level Rp15.030 per-dolar AS.
- Dampak Kisruh Lahan PTPN VII Way Berulu, Pekerja Berpotensi Kehilangan Pendapatan Lebih Dari Rp250 Juta
- Semester I-2023, Akseleran Berhasil Salurkan Kredit Rp1,5 Triliun dengan Rata-rata Pinjaman Rp800-900 Juta
- Naik Rp5.000, Cek Harga Emas Antam di Pegadaian Selasa, 4 Juli 2023
Ariston mengatakan bahwa rupiah bisa menguat hari ini setelah AS merilis data kinerja manufaktur yang melambat.
Data PMI manufaktur AS Juni yang baru saja drilis menunjukkan penurunan dari 46,9 dari Mei menjadi 46 pada Juni 2023.
Level ini merupakan titik terendah dalam tiga tahun terakhir, dan angka yang berada di bawah 50 mengindikasikan kontraksi pada kinerja manufaktur di negeri Paman Sam.
Menurut Ariston, pelemahan manufaktur AS tersebut dapat mendorong pelemahan dolar AS karena tumbuhnya potensi The Federal Reserve (The Fed) untuk menahan suku bunga di level 5%-5,25%.
Namun, pelaku pasar masih membutuhkan data-data lainnya untuk mengkonfirmasi pelonggaran kebijakan moneter dari The Fed.
Menurut data CME FedWatchTool, 89,9% pelaku pasar memprediksi suku bunga akan dinaikkan sebesar 25 basis poin di level 5,25%-5,5%, sedangkan 10,1% lainnya memproyeksikan bank sentral AS akan menahan suku bunga di 5%-5,25%.
"Pelaku pasar kelihatannya masih membutuhkan tambahan data untuk mengkonfirmasi bahwa The Fed akan melonggarkan kebijakan pengetatan moneternya," kata Ariston kepada TrenAsia, Selasa, 4 Juli 2023.
Menurut Ariston, untuk perdagangan hari ini, nilai kurs rupiah berpotensi menguat ke arah Rp15.000 per-dolar AS dengan potensi resistance di kisaran Rp15.080 per-dolar AS.
Pada perdagangan kemarin, Ariston memprediksi kurs rupiah menguat karena data inflasi indeks harga pengeluaran konsumsi inti atau core price consumption expenditures (PCE) index yang menurun.
PCE index menurun ke level 4,6% secara year-on-year (yoy) pada Mei 2023 dari 4,7% yoy pada April 2023. Penurunan tersebut pun membuka harapan bahwa The Fed akan melonggarkan pengetatan kebijakan moneternya.
Sementara itu, inflasi di Indonesia yang menurun pun menjadi faktor yang mendorong penguatan rupiah terhadap dolar AS.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi sebesar 3,52% yoy pada Juni 2023, turun dari bulan sebelumnya sebesar 4% yoy.
- Soal Kisruh Lahan PTPN VII Way Berulu, Ini Kata Pengamat
- Mediasi Kisruh Lahan PTPN VII Way Berulu, BPN: “Ukur Ulang Hanya Atas Izin Pemegang Hak”
- Melihat Bekas Manisnya Pabrik Gula yang Kini Jadi Destinasi Wisata
Adapun inflasi bulan ke bulan (month to month/mtm) pada Juni tercatat sebesar 0,14%. Tingkat inflasi tersebut lebih tinggi ketimbang Mei yang hanya 0,09%. Dikutip dari situs resmi BPS, Senin 3 Juli 2023, inflasi yoy terjadi karena adaya kenaikan harga yang ditunjukkan naiknya sebagian besar indeks kelompok pengeluaran.
Kelompok tersebut yakni kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 2,85%; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 1,47%; kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 2,49%; dan kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 2,57%.
Adapun kelompok kesehatan sebesar 2,58%; kelompok transportasi sebesar 10,18%; kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 2,17%; kelompok pendidikan sebesar 2,75%; kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 3,27%; dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 4,27%. (*)