Muncul 'Hantu' Baru Reflasi yang Jadi Momok Perekonomian 2023

Yunike Purnama - Kamis, 24 November 2022 12:13
Muncul 'Hantu' Baru Reflasi yang Jadi Momok Perekonomian 2023Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani buka suara terkait adanya ancaman reflasi atau risiko resesi dan tinggi inflasi pada 2023. (sumber: Debrinata/TrenAsia.com)

JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani buka suara terkait adanya ancaman reflasi atau risiko resesi dan tinggi inflasi pada 2023 yang diungkap Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo bagi perekonomian Indonesia.

Namun Menkeu pede bahwa perekonomian Indonesia diyakini masih kuat, meskipun tetap waspada hadapi gejolak. 

Pada 2023 dunia masih akan menghadapi ketidakpastian, dan bendahara negara ini menyebut, ekonomi dunia tahun depan gelap atau cenderung pekat.

"Ini menggambarkan momentum pemulihan ekonomi sampai kuartal III-2022 bahkan sampai kuartal IV masih terjaga kuat," jelas Sri Mulyani dikutip dari TrenAsia.com jaringan Kabarsiger.com pada Kamis, 24 November 2022.

Namun jika dilihat dari pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga kuartal III-2022 yang mencapai 5,72% (year on year/yoy) masih dinilai cukup kuat, terutama didorong adanya faktor permintaan masyarakat, investasi, kinerja ekspor yang membaik, dan belanja pemerintah.

Bahkan ia menyebutkan dari sisi ketersediaan atau supply side, industri manufaktur juga meningkat. Hal ini dilihat dari Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia pada level 51,8 poin. Padahal jika dilihat lebih lanjut angka tersebut justru mengalami penurunan dari bulan sebelumnya, namun masih berada di level 50 dengan 14 bulan berturut-turut.

Meski optimis Kemenkeu tetap berjaga dalam mode waspada karena memang lingkungan ekonomi global sangat-sangat turbulence atau goncangan. Ia memberi contoh salah satunya tingkat inflasi dunia, kebijakan suku bunga bank sentral di negara maju, menguatnya dolar AS itu dapat menjadi peringatan bahwa goncangan ekonomi masih bisa saja terasa.

Semua hal-hal tersebut, kata Sri Mulyani akan diperhitungkan sebagai langkah pemerintah dalam mengambil kebijakan, terutama dalam mengelola APBN.

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, bahwa adanya ancaman resflasi yang terjadi pada tingkat global saat ini. Reflasi merupakan keadaan di mana ekonomi masih tumbuh, namun dibarengi tingkat inflasi yang tinggi.

"Ada risiko stagflasi, pertumbuhannya stuck turun namun inflasinya tinggi. Bahkan istilahnya adalah resflasi, risiko resesi dan tinggi inflasi," tutur Perry pada saat menghadiri Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR, Senin, 21 November 2022. (*)

Editor: Redaksi
Yunike Purnama

Yunike Purnama

Lihat semua artikel

RELATED NEWS