Mirae Proyeksikan Pasar Finansial Indonesia Tertekan Karena El Nino

Yunike Purnama - Selasa, 12 September 2023 22:05
Mirae Proyeksikan Pasar Finansial Indonesia Tertekan Karena El NinoIlustrasi kekeringan dampak El Nino (sumber: Freepik)

JAKARTA - PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia memproyeksikan pasar finansial Indonesia akan tertekan akibat fenomena El Nino.

Research Analyst Mirae Asset Rizkia Darmawan mengatakan, El Nino diprediksi akan menekan kinerja operasional perkebunan sawit.

Terhambatnya produksi dikatakan Rizkia akan membuat harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) berpotensi terangkat karena adanya penurunan produksi.

"Fenomena El Nino mempengaruhi permintaan minyak nabati dunia, salah satunya CPO karaena produksinya atau suplainya turun di tingkat global dan kemudian mendongkrak harga," ujar Rizkia dalam acara Media Day by Mirae Asset hari ini, Selasa, 12 September 2023.

Rizkia menambahkan, harga CPO sudah naik ke kisaran RM3.800/ton sejak Juni hingga beberapa hari terarkhir. Sementara itu, sejak awal tahun, rerata harga CPO berada pada kisaran RM3.900/ton dan sudah turun sekitar 12% dan sempat turun hingga kisaran RM3.300/ton pada Juni, tetapi kembali naik pada awal September.

Dampak El Nino diprediksi masih akan terjadi dan diproyeksikan akan membuat harga CPO terus naik hingga akhir tahun, tetapi Rizkia mengatakan bahwa sangat kecil kemungkinan bagi harganya untuk kembali ke atas level RM4.600/ton seperti pada rentang 2021-2022.

Dalam kesempatan yang sama, Senior Economist Mirae Asset Rully Arya Wisnubroto menyebutkan, peningkatan harga komoditas dunia akibat El Nino ini akan menyebabkan kenaikan inflasi global.

Indonesia sendiri dikatakan Rully masih menjadi salah satu negara yang dinilai sukses meredam inflasi, sedangkan inflasi itu masih menjadi isu utama di negara-negara maju saat ini.

"Masih tingginya inflasi di masing-masing negara saat ini, yang dapat diperburuk oleh kenaikan harga komoditas dan minyak dunia, dapat berdampak kepada arah kebijakan moneter di negara-negara tersebut," kata Rully.

Walau Indonesia diprediksi Rully masih dapat meredam laju inflasi yang diprediksi akan berada di level 5,25% hingga akhir tahun, namun bank sentral Amerika Serikat (AS) masih sangat mungkin untuk menaikkan kembali suku bunga mereka.

Hal ini diprediksi akan memicu volatilitas pasar global yang akan berdampak kepada pasar finansial Indonesia. Rully pun mengemukakan bahwa tekanan terhadap rupiah masih akan tetap tinggi.

Selain El Nino, tekanan untuk rupiah pun hadir dari memburuknya ekonomi China yang merupakan mitra dagang utama Indonesia. (*)

Editor: Redaksi
Yunike Purnama

Yunike Purnama

Lihat semua artikel

RELATED NEWS