Milenial Melek Inklusi, Milenial Percaya Diri!
Redaksi - Kamis, 20 Oktober 2022 12:42PADA era digital seperti sekarang, kaum milenial seperti kalian masih belum memiliki rekening di bank? Kalian belum mengetahui apa itu e-banking? Kalian masih menyimpan uang di celengan ayam jago berwarna merah? Atau, jangan-jangan, kalian masih suka menyimpan uang di bawah bantal sebelum tidur? Kalau iya, kamu harus mengetahui informasi ini.
Beberapa orang menyebut kaum milenial sebagai digital native. Kaum milenial dalam kesehariannya sudah sangat dekat dengan berbagai aplikasi digital, seperti media sosial, game, aplikasi belajar, dan sebagainya. Bahkan, dalam mengelola keuangan, kalian dapat dengan mudah mengakses dan mengetahui cara, fungsi, dan manfaat dalam layanan keuangan melalui aplikasi digital.
Inklusi keuangan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 82 Tahun 2016 tentang Strategi Nasional Keuangan Inklusif adalah sebuah kondisi saat setiap anggota masyarakat mempunyai akses terhadap bebagai layanan keuangan formal, tidak terkecuali dengan kaum milenial.
Inklusi keuangan adalah hak setiap orang atau usaha untuk membeli barang atau jasa dengan cara yang efektif. Dengan kata lain, aktivitas milenial dalam menggunakan produk layanan finansial adalah bentuk dari inklusi keuangan, misalnya perbankan, investasi, dan sebagainya. Dengan terbukanya akses finansial masyarakat, penggunaan layanan akan meningkat, begitu juga dengan kesejahteraan masyarakat.
Agar inklusi keuangan tercapai, diperlukan adanya literasi keuangan antarmasyarakat. Maka dari itu, alangkah baiknya kita sebagai kaum milenial harus memahami apa itu budaya inklusi, bagaimana cara memanfaatkan layanan keuangan di era digital, dan apa saja langkah-langkah yang bisa kita lakukan.
Budaya inklusi keuangan memberi kita banyak manfaat dalam mengakses dan memanfaatkan lembaga keuangan. Akses keuangan dapat meningkatkan taraf hidup atas kesejahteraan masyarakat. Perlu diketahui, akses keuangan itu tidak sebatas layanan bank. Ada banyak sekali akses keuangan seperti layanan asuransi, investasi, pegadaian, ataupun program pensiun. Sangat disayangkan jika kita sebagai milenial tidak memanfaatkan hal tersebut sejak dini, bukan?
Maraknya sosialisasi terhadap budaya inklusi keuangan yang banyak digencar oleh pemerintah dimaksudkan agar masyarakat, terutama kaum milenial, terhindar dari masalah dalam keuangan seperti investasi bodong, penipuan, dan sebagainya. Selain itu, ada beberapa manfaat yang diperoleh dari akses layanan keuangan ini bagi milenial, yaitu sebagai berikut.
1. Milenial Lebih Mampu Merencanakan Keuangan
Banyak orang tua telah menyiapkan rencana keuangan untuk anaknya di masa depan, mulai dari asuransi kesehatan, pendidikan anak sampai ke jenjang perguruan tinggi, investasi, hingga tabungan. Alangkah baiknya kita sebagai milenial dapat memanfaatkan hal tersebut dengan sebaik-baiknya. Budaya inklusi keuangan mengajarkan kita untuk memahami pentingnya memanfaatkan serta merencanakan keuangan. Apalagi, pada era digital ini, kita dapat mengakses keuangan dengan mudah, cepat, dan efektif.
2. Memahami Literasi Keuangan Sejak Dini
Saat milenial mampu mengakses layanan keuangan dengan mudah, secara tidak sadar kita akan semakin memahami bagaimana dunia finansial bekerja. Keberhasilan keuangan inklusi akan membuat kita mengetahui bagaimana mengelola keuangan dengan teratur, alokasi keuangan apa saja yang harus disediakan, serta semakin mengenal produk investasi sehingga bisa menambah penghasilan sejak dini. Tidak jarang ditemukan, kaum milenial sudah melek berwirausaha secara daring (online). Tentunya hal ini dapat mendukung terhadap banyak akses layanan keuangan. Misalnya, saat membutuhkan modal untuk mengembangkan usaha, kita dapat memanfaatkan layanan pinjaman yang disediakan oleh perbankan. Ketika membutuhkan dana, kita bisa berinvestasi atau menggadai di lembaga keuangan.
3. Mempersiapkan Kehidupan untuk Hari Tua
Tidak hanya bergantung pada orang tua, kita sebagai kaum milenial dapat mulai mempersiapkan rencana keuangan untuk hari tua. Misal, kita dapat membuka rekening di bank. Kita dapat mulai menabung untuk biaya kehidupan sekolah, kuliah, uang jajan, transportasi, atau bahkan sampai menikah. Tidak ada salahnya mempersiapkan semua itu sejak dini. Di era digital, kita dapat menabung dan bertransaksi secara daring. Semua dijalankan secara mudah dan cepat.
4. Ikut Serta Memajukan Ekonomi di Indonesia
Salah satu cara memajukan ekonomi Indonesia adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikan. Meningkatnya kualitas pendidikan di Indonesia akan melahirkan kaum milenial yang kelak dapat turut andil dalam memajukan negara. Meningkatkan kualitas pendidikan dapat direncanakan oleh orang tua dengan menyiapkan dana pendidikan untuk anaknya sejak dini. Milenial yang berkualitas kelak akan mengetahui cara terbaik dalam mengelola keuangan, sehingga perekonomian negara pun akan terus bertumbuh lebih baik dan berkualitas.
Manfaat-manfaat yang telah dijelaskan tersebut dapat mendorong milenial untuk turut serta mengakses dan memanfaatkan inklusi keuangan. Ada banyak solusi yang dapat mewujudkan inklusi keuangan dengan memberi edukasi keuangan komprehensif dan berkelanjutan kepada masyarakat. Jika memungkinkan, pemerintah dan penggerak keuangan inklusi dapat berkolaborasi memberi edukasi keuangan ke sekolah-sekolah, keluarga, ataupun universitas di seluruh pelosok Indonesia.
Salah satunya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama dengan Kementerian/Lembaga, Industri Jasa Keuangan, dan para pemangku kepentingan (stakeholders) mengadakan Bulan Inklusi Keuangan di setiap Oktober sebagai upaya untuk meningkatkan inklusi keuangan. Sasaran utama dalam program tersebut adalah kaum milenial yang tumbuh di era digital. Dalam Bulan Inklusi Keuangan tersebut, beberapa program dilaksanakan seperti kampanye sosialisasi terkait financial inclusion dan perlombaan bagi mahasiswa serta murid-murid, agar semakin menguatkan komitmen dalam upaya meningkatkan indeks inklusi keuangan.
Beragam kegiatan tersebut juga merupakan bagian dari upaya mendukung Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 8 Tahun 2016 tentang Strategi Nasional Keuangan Inklusif (SNKI) terutama dalam mendorong pencapaian tingkat inklusi keuangan di Indonesia.
Milenial yang memahami budaya inklusi keuangan Indonesia ditargetkan mencapai 90% pada tahun 2024. Adapun program kerja utama yang akan dilaksanakan adalah, pertama, peningkatan literasi keuangan dan perlindungan konsumen. Kedua, peningkatan rekening dan penggunaan produk keuangan formal. Ketiga, optimalisasi agen bank dan titik layanan nonbank. Keempat, peningkatan layanan keuangan digital dan transaksi nontunai.
Sebagai generasi milenial, kita diharapkan harus memiliki sikap kreatif, kritis, bijak, dan terbiasa dalam menentukan tujuan keuangan dan menyusun perencanaan keuangan. Budaya inklusi dan pemahaman literasi keuangan sejak dini diharapkan dapat meningkatkan kontribusi positif agar tercipta generasi milenial yang kreatif, mandiri, dan mapan di era digital. Dalam program ini, diharapkan juga dapat mengurangi jumlah masyarakat unbanked atau yang belum memiliki rekening bank karena tidak memiliki akses layanan perbankan dasar. Kita dapat menabung pada bank konvensional atau syariah, melakukan investasi pada pasar modal dengan cara menabung saham, menggadai emas, serta menabung untuk pengembangan dana di masa depan.
Oleh karena itu, mulai sekarang mari kita tanamkan budaya inklusi keuangan sejak dini demi ekonomi Indonesia yang semakin kuat! Jadilah generasi milenial yang kaya akan pemahaman akses layanan keuangan di era digital! Sebab, kalau tidak sekarang, mau kapan lagi? Kalau bukan kita, siapa lagi? Yuk, bersama kita sukseskan program Bulan Inklusi Keuangan OJK RI 2022! Inklusi Indonesia meningkat, perekonomian Indonesia semakin kuat!
Ditulis oleh: Dania Zahra Ayusti
Siswa SMAN 2 Bandar Lampung