Menyelami Makna Kekuasaan dan Kesetaraan, Eddy Susanto Menangi 15th UOB Painting of the Year (Indonesia)
Redaksi - Sabtu, 18 Oktober 2025 16:32
JAKARTA – Eddy Susanto, seniman asal Yogyakarta berusia 50 tahun, berhasil meraih penghargaan 15th UOB Painting of the Year (POY) (Indonesia) untuk kategori Perupa Profesional. Karyanya yang berjudul “Kuasa dalam Setara” menyoroti eksplorasi sejarah dan budaya mengenai identitas pria dan wanita, dituangkan melalui medium unik berupa kulit lembu transparan, akrilik, dan pena gambar.
Terinspirasi oleh ukiran vanitas karya Willem Isaacsz van Swanenburg pada tahun 1608 dan teks filsafat Jawa Serat Sastrajendra Hayuningrat, karya seni ini memadukan alegori visual Eropa dengan kosmologi Jawa untuk mendalami bagaimana kekuasaan, kesetaraan, dan identitas saling terkait melalui lensa budaya dan sejarah.
Eddy mengatakan, “Karya ini merefleksikan bagaimana sejarah dan keyakinan membentuk pemahaman tentang identitas kita. Dengan meleburkan tradisi vanitas yang merefleksikan kerapuhan hidup dengan filosofi Jawa, karya ini mengundang masyarakat untuk memaknai bagaimana konsep kekuasaan dan kesetaraan terus didefinisikan ulang dalam kesadaran budaya kita, menjadi dialog berkelanjutan melampaui perbedaan budaya dan konteks filosofi.”
- BRI Perluas Akses Kredit Program Perumahan untuk Wujudkan Program 3 Juta Rumah
- BRI Raih Penghargaan di Ajang The Best Contact Center Indonesia 2025
- Main Padel Tambah Seru, Dapat Cashback Rp100 Ribu Pakai QRIS BRImo!
Panel juri UOB POY (Indonesia) ke-15 terdiri dari Dr Agung Hujatnika, Ketua Dewan Juri, Kurator Independen dan Dosen ITB; Alia Swastika, Kurator dan Direktur Biennale Jogja Foundation, serta Venus Lau, Direktur Museum MACAN Jakarta.
Agung Hujatnika mengatakan, ”Kuasa dalam Setara” menghadirkan kedalaman konsep dan ketepatan teknis yang kuat. Sang perupa menunjukkan keterampilan yang matang dalam teknik pelapisan, kolase, dan gambar detail, serta mengintegrasikan aksara Jawa yang menghadirkan refleksi kosmologis. Dengan memadukan tradisi visual Eropa dan Jawa, karya ini membangun dialog halus antara budaya, sejarah, dan keyakinan. Karya ini mencerminkan kematangan dan pemikiran mendalam sang perupa terhadap sejarah dunia, sekaligus kedekatannya dengan budaya lokal Indonesia melalui penggunaan kulit lembu yang digunakan secara tradisional sebagai materi utama seni wayang kulit.”
Sebagai pemenang utama kompetisi UOB POY (Indonesia) ke-15, Eddy Susanto berhak menerima uang tunai sebesar Rp250 juta. Karya seninya akan bersaing dengan karya pemenang dari Malaysia, Singapura, Thailand dan Vietnam dalam UOB Southeast Asian POY yang akan diumumkan pada 12 November 2025 di Singapura. Eddy juga berkesempatan untuk berpartisipasi dalam program residensi yang didukung oleh UOB.
Hendra Gunawan, Presiden Direktur UOB Indonesia, mengatakan, “Selamat kepada Eddy Susanto yang telah memenangkan penghargaan tertinggi kompetisi UOB POY ke-15 di Indonesia. Kami bangga bahwa UOB POY, di tahun ke-15 di Indonesia, senantiasa mendukung perkembangan seni kontemporer di Indonesia dan di kawasan regional. Dengan menyediakan wadah bagi para perupa untuk menunjukkan kreativitas mereka, kami ingin mengundang para perupa untuk berdialog bermakna dan merayakan ekspresi budaya. “Kuasa dalam Setara“ merefleksikan kualitas dan kedalaman karya yang terinspirasi oleh kompetisi ini, yang mencerminkan bagaimana seni dapat menantang perspektif, menghubungkan tradisi, dan memperkaya pemahaman kita tentang masyarakat.”
Giring Ganesha Djumaryo, Wakil Menteri Kebudayaan Republik Indonesia mengatakan, “Kompetisi UOB POY telah menunjukkan kontribusi konsisten terhadap kemajuan seni di Indonesia yang melampaui batasan geografis. Sebagai platform bagi perupa baru, UOB POY turut memperkuat ekosistem seni dan mendorong apresiasi masyarakat terhadap seni. Saya mengucapkan selamat kepada para pemenang dan finalis UOB POY yang terus menampilkan kekayaan warisan budaya Indonesia kepada dunia. Kami berharap karya-karya yang dihasilkan dapat membangkitkan semangat kolektif untuk diapresiasi di tingkat regional dan global.”
Pada kategori Perupa Pendatang Baru, Muhammad Shodik, perupa 24 tahun asal Probolinggo, Jawa Timur, memenangkan 15th UOB Most Promising Artist of the Year (Indonesia) dengan karyanya yang berjudul “i am here”. Lukisan ini terinspirasi dari ikatan rentan antara sang perupa dan ayahnya yang tidak terdokumentasi, menggunakan foto, pesan, dan arsip-arsip untuk mengingat kembali ingatan, ketidakhadiran, dan koneksi transnasional. Tulisan berulang “i am here” dan gambaran halus membangkitkan ruang liminal antara kepergian dan kepulangan yang tidak menentu, menonjolkan kehadiran, kerentanan, dan hasrat manusia untuk menjembatani jarak antar batas.
UOB Indonesia akan menampilkan 48 karya finalis kompetisi 15th UOB POY (Indonesia), termasuk diantaranya delapan karya pemenang di Melting Pot, ASHTA District 8, Jakarta, lantai GF. Bermitra dengan Art Jakarta, pameran dapat dikunjungi mulai tanggal 15 hingga 30 Oktober 2025 dan terbuka untuk umum dari pukul 10 pagi hingga 10 malam. Para pengunjung dapat menantikan rangkaian acara inspiratif dan kreatif melalui tur pameran, art talk, dan workshop menggambar untuk anak-anak.
Karya seni pemenang kompetisi 15th UOB POY (Indonesia) adalah:
Kategori Established Artist
1. UOB Painting of the Year : Eddy Sutanto dengan karya berjudul Kuasa dalam Setara
2. Gold Winner : Aurora Arazzi dengan karya berjudul The Cold That Holds the Shadow
3. Silver Winner : Vendy Methodos dengan karya berjudul Ingatan, Ikatan, Panguripan
4. Bronze Winner : Mutiara Riswari dengan karya berjudul Ritus Tubuh
Emerging Artist Category
1. Most Promising Artist of the Year: Muhammad Shodik dengan karya berjudul i am here
2. Gold Winner : Chakra Narasangga dengan karya berjudul Nights II
3. Silver Winner : Dionisius Maria Caraka Ageng Wibowo dengan karya berjudul Catatan Sementara No. 01: Repetisi
4. Bronze Winner: Alliya Rahma Heriadi dengan karya berjudul Berpelukan
Mengenai UOB and Art
Keterlibatan UOB dalam dunia seni dimulai pada tahun 1970-an melalui koleksi lukisan karya seniman Singapura. Kini, koleksi seni UOB terdiri dari lebih dari 2.800 karya seni yang sebagian besar terdiri dari lukisan karya seniman Asia Tenggara yang masuk dalam kategori established dan emerging.
UOB berperan aktif untuk masyarakat di ASEAN, terutama melalui komitmen jangka panjang terhadap dunia seni. Sebagai bagian dari hal tersebut, UOB senantiasa menjadi yang terdepan dalam sejumlah program seni visual, kemitraan, serta inisiatif sosialisasi di seluruh wilayah.
Program seni andalan UOB adalah UOB Painting of the Year yang dimulai pada tahun 1982. Ajang ini bertujuan memberi penghargaan kepada seniman dari kawasan Asia Tenggara dan juga memberi mereka kesempatan untuk memamerkan karya mereka kepada masyarakat luas. Kompetisi diperluas ke Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Saat ini, UOB POY adalah kompetisi seni terlama di Singapura dan salah satu kompetisi yang paling bergengsi di skala Asia Tenggara.
Selama 44 tahun terakhir, ajang ini telah menumbuhkembangkan karier banyak seniman di Singapura. Di antaranya Goh Beng Kwan (pemenang tahun 1982) dan mendiang Anthony Poon (pemenang tahun 1983) dan Chua Ek Kay (pemenang tahun 1991) yang menerima Singapore Cultural Medallion, yakni penghargaan seni paling bergengsi di Singapura.
Ajang ini juga memberi penghargaan kepada seniman-seniman dari seluruh Asia Tenggara melalui penghargaan UOB Southeast Asian Painting of the Year. Pemenang-pemenang sebelumnya antara lain Yong Wee Loon dari Singapura (2024), Pratchaya Charernsook dari Thailand (2003), Chomrawi Suksom dari Thailand (2022), Saiful Razman dari Malaysia (2021), Prabu Perdana dari Indonesia (2020) Anagard dari Indonesia (2019), Suvi Wahyudianto dari Indonesia (2018), Sukit Choosri dari Thailand (2017), Gatot Indrajati dari Indonesia (2016), Anggar Prasetyo dari Indonesia (2015), Antonius Subiyanto dari Indonesia (2014), dan Stefanie Hauger dari Singapura (2013).
Bersama para pemenang UOB Painting of the Year sebelumnya, UOB juga mengadakan lokakarya seni secara rutin untuk anak-anak dari keluarga kurang mampu dan berkebutuhan khusus. Di lokakarya ini, para pemuda belajar teknik seni dari para profesional seni dan seniman yang pernah memenangkan penghargaan.
Sebagai pengakuan atas komitmen jangka panjang UOB terhadap seni, UOB dianugerahi the Singapore National Arts Council’s Distinguished Patron of the Arts Award untuk ke-23 kali pada tahun 2025.