Melihat Potensi Insurtech dan Pengaruhnya terhadap Industri Asuransi di Masa Depan
Yunike Purnama - Jumat, 13 Oktober 2023 05:35BANDARLAMPUNG - Ketua Umum Asosiasi Asuransi Umum (AAUI) Budi Herawan menjelaskan mengenai potensi insurance technology (insurtech) dan pengaruhnya terhadap industri di masa depan.
Kemajuan teknologi di industri asuransi adalah salah satu faktor yang dapat berpengaruh terhadap pertumbuhannya ke depan.
Insurance technology dikatakan Budi memang cukup berpengaruh terhadap tumbuhkembangnya industri asuransi di dalam negeri.
"Insurtech di Indonesia diperkirakan akan tumbuh empat kali lipat selama 2021-2026 dan mencapai ukuran premi bruto yang bernilai miliaran dolar," papar Budi.
- Kemitraan KUR, BCA dan Otten Coffee Siap Dorong UMKM Kopi Tanah Air
- Daftar 16 Ponsel yang Bakal Diblokir WhatsApp, Ada iPhone dan Samsung
- Adidas Perkenalkan Koleksi Sepatu Bertema Spider Man
Menurut Budi, potensi insurtech layak untuk dilirik seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan kebutuhan asuransi, penetrasi digital yang lebih luas, penawaran produk yang lebih banyak, dan sebagainya.
Oleh karena itu, segmen insurtech diproyeksikan akan mengikuti pertumbuhan yang kuat walau saat ini tingkat penetrasinya masih relatif rendah, yakni 3%. Pertumbuhan ini pun terjadi seiring dengan perubahan demografi di Indonesia.
"Segmen populasi yang lebih muda kemungkinan besar akan mendorong pertumbuhan produk asuransi. Selain itu, kita melihat bahwa pembayaran digital telah mengurangi hambatan terkait pembayaran, meningkatkan kepuasan pengguna, dan membantu pertumbuhan industri asuransi," ungkap Budi dalam pidato pembukaannya di ajang Indonesia Rendezvous 2023 yang diselenggarakan AAUI di Nusa Dua, Bali,
Perusahaan yang mengembangkan insurtech pun disebut Budi dapat menyediakan solusi inovatif bagi konsumen untuk dengan mudah mengakses polis asuransi tradisional, misalnya ketika asuransi kesehatan yang diakses secara digital menjadi tren saat pandemi COVID-19.
Oleh karena itulah AAUI melihat minat investor yang berlanjut dalam sektor asuransi kesehatan digital. Selain kesehatan, kategori asuransi mikro dan asuransi perjalanan yang diakses secara digital juga diharapkan akan tumbuh dalam 5 tahun mendatang.
Munculnya produk asuransi dengan premi kecil dan kemitraan dengan aplikasi populer memberikan dukungan yang sesuai untuk sektor ini.
Menurut Budi, cukup banyak nasabah yang puas dengan kenyamanan yang ditawarkan melalui insurtech karena kemudahannya dalam penyelesaian pembayaran dengan waktu yang relatif cepat.
"Selain itu, opsi pembayaran premi yang kompetitif harganya dan proses klaim yang lebih mudah pun menjadi faktor utama," papar Budi.
- Investree Raih Pendanaan Seri D Rp3,6 Triliun, Perluas Pangsa ke Timur Tengah
- BTN Targetkan Subsidi KPR 180.000 Unit
- Pemerintah Apresiasi TikTok Shop Taati Regulasi Indonesia
Perusahaan yang mengadopsi produk asuransi dalam lini bisnisnya pun dikatakan Budi memiliki peluang besar untuk memanfaatkan data melalui asuransi yang bersifat embedded.
"Sebagai contoh, asuransi mobil dapat dikenakan biaya berdasarkan jarak yang dikemudikan. Ketika penggunaan dapat dipantau dan diasuransikan secara real-time, proses pengumpulan klaim juga akan menjadi lebih cepat," katanya.
Kemudian, faktor yang menguntungkan lainnya dari produk insurtech adalah biaya operasional yang bisa dipangkas melalui otomatisasi, dan pemain di produk ini dapat memperluas pasar yang dapat dijangkau dengan menjalin kemitraan bersama pelaku industri yang bergerak secara offline.
Di sisi lain, kurangnya produk yang komprehensif dikatakan Budi dapat menjadi hambatan besar bagi adopsi insurtech dan dibutuhkan kemitraan serta pendekatan omnichannel untuk mengantisipasi variabel tersebut.(*)