Kurangi Emisi Karbon hingga Limbah Plastik, Berikut Kontribusi BSI untuk ESG di Kuartal III-2023
Yunike Purnama - Kamis, 02 November 2023 06:35BANDARLAMPUNG - PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI/BRIS) memberikan kontribusi terhadap nilai lingkungan, sosial, dan tata kelola (environmental, social, and governance/ESG) sepanjang kuartal III-2023, mulai dari mengurangi emsi karbon hingga limbah plastik.
Wakil Direktur Utama Bank Syariah Indonesia, Bob T. Ananta, telah mengumumkan sejumlah prestasi BSI dalam bidang keberlanjutan, yang meliputi pembangunan gedung berbasis ramah lingkungan di Aceh, pemanfaatan panel surya di outlet BSI Mayestik dan Mataram, penggunaan 35 unit motor listrik, serta pembangunan stasiun pengisian daya di beberapa rest area.
Selain itu, perusahaan juga telah mengimplementasikan tiga program keberlanjutan, yaitu efisiensi energi, manajemen limbah, dan pengurangan penggunaan kertas.
Hingga September 2023, BSI telah berhasil mengurangi emisi karbon sebanyak 63,4 ton CO2 dan mendaur ulang 17,2 ton limbah plastik.
BSI juga telah memberikan kontribusi positif kepada masyarakat melalui Corporate Social Responsibility (CSR) sebesar Rp 177,5 miliar yang disalurkan untuk empat pilar utama, termasuk dukungan terhadap desa dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), pembangunan masjid dan musala, pemberian beasiswa, serta program amal dan lingkungan seperti santunan yatim, penanaman pohon, dan gerakan berkelanjutan.
- Terbesar di Indonesia, Begini Progres Smelter Alumunium Adaro Minerals Senilai Rp30,5 Triliun
- OJK: Rasio Kecukupan Modal Perbankan Masih di Atas Rata-rata Negara Lain
- Indonesia Berpeluang Pasok Singkong ke Inggris Besar-Besaran
“Program Desa BSI berjalan dengan jumlah sekitar 15 desa dan juga program Bina UMKM yang tersebar di seluruh Indonesia dengan total penyaluran sekitar Rp21,3 miliar,” kata Bob dalam konferensi pers paparan kinerja BSI kuartal III-2023 yang digelar secara virtual, Selasa, 31 Oktober 2023.
Untuk penyediaan sarana ibadah seperti masjid dan mushola, BSI menyalurkan dana hingga Rp37,9 miliar, sedangkan untuk santunan 2.222 anak yatim dan untuk penanaman pohon, perseroan menggelontorkan dana hingga Rp60,7 miliar. Sementara itu, untuk program beasiswa dan bantuan kesehatan masyarakat, BSI mengalirkan dana Rp57,6 miliar.
BSI dalam kinerja intermediasinya pun mengalokasikan untuk pembiayaan berkelanjutan, dengan total pembiayaan mencapai Rp 53,6 triliun atau sekitar 23,2% dari total pembiayaan yang diberikan oleh perseroan.
Pembiayaan ini terbagi dalam beberapa sektor, dengan UMKM menjadi sektor yang mendominasi dengan pembiayaan sekitar Rp43,4 triliun, diikuti oleh sektor pertanian sebesar Rp4,9 triliun, produk ramah lingkungan sebesar Rp3,3 triliun, energi bersih dan terbarukan sebesar Rp1,4 triliun, dan proyek Eco Green senilai Rp600 miliar.
Direktur Utama BSI Hery Gunardi menjelaskan pembiayaan berkelanjutan BSI saat ini terfokus pada lima sektor utama, yaitu UMKM, produk ramah lingkungan, pertanian dan perkebunan berkelanjutan, energi bersih dan terbarukan, serta produk hijau lainnya seperti pembangunan gedung berbasis ramah lingkungan, industri pengelolaan air, transportasi berkelanjutan, dan pengelolaan limbah.
- Dampak Persetujuan ETF Bitcoin Spot terhadap Momentum Halving 2024
- BNI Gugat Bank Danamon di PN Jaksel, Diduga Soal Penyitaan Aset
- Menyelami Karakter Lee Yu-bi, Calon Idol Problematik di The Escape of The Seven
Dalam upaya mendukung pembiayaan sektor hijau ini, BSI berkolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup, serta BEI (BEI), dan menjalin komunikasi dengan investor baik dalam maupun luar negeri.
"BSI dalam hal ini terus berkolaborasi dengan berbagai stakeholder untuk menopang pembiayaan sektor hijau ini,” papar Hery.
Ke depannya, BSI dikatakan Hery akan terus meningkatkan literasi dan kesadaran nasabah korporasi, terutama yang beroperasi di sektor-sektor yang memerlukan sertifikasi atau analisis dampak lingkungan (AMDAL), seperti sektor kelapa sawit, pertambangan, dan industri manufaktur lainnya. (*)