Kekeringan Global Hambat Penurunan Emisi Karbon Sektor Energi
Yunike Purnama - Senin, 16 Oktober 2023 16:53JAKARTA - Kekeringan yang membatasi pembangkitan listrik tenaga air di seluruh dunia mencegah penurunan emisi karbon secara keseluruhan dalam sektor energi pada paruh pertama tahun 2023.
Kendala itu membuat penurunan emisi karbon tak maksimal meskipun terjadi peningkatan penggunaan tenaga angin dan surya, menurut lembaga pemikir iklim Ember dalam sebuah laporan pada hari Kamis 5 Oktober 2023.
Data Ember menunjukkan bahwa meskipun pangsa energi angin dan surya dalam pasokan listrik global meningkat menjadi 14,3% selama periode yang sama, naik sebesar 1,5% dibandingkan dengan paruh pertama tahun 2022, emisi total sektor energi meningkat sebesar 0,2% pada paruh pertama tahun tersebut.
- Simak! Rekomendasi Harga Smartphone Rp1 Jutaan
- Kontribusi MotoGP Mandalika 2023 untuk Ekonomi Indonesia
- JETP Belum Lancar, Indonesia Minta Proyek Energi Terbarukan ke China
- Jasa Raharja dan Korlantas Polri Cek Kesiapan Posko Keamanan Mandalika
“Meskipun menggembirakan melihat pertumbuhan energi angin dan surya yang luar biasa, kita tidak bisa mengabaikan realitas yang cukup mencolok tentang kondisi hidro yang buruk yang diperparah oleh perubahan iklim,” kata Malgorzata Wiatros-Motyka, analis senior energi listrik dari Ember, dikutip dari Reuters, Kamis.
Produksi energi hidro turun sekitar 177 terawatt-jam (TWh) akibat kekeringan, dengan Tiongkok menyumbang hampir 75% dari angka tersebut, yang mencegah penurunan emisi. Data tersebut menunjukkan, emisi karbon akan mengalami penurunan sebesar 2,9% jika pembangkit listrik tenaga air tetap pada level yang sama dari tahun ke tahun.
Beberapa produksi bahan bakar fosil digunakan untuk menutup kesenjangan pasokan, dengan pembangkit listrik dari batu bara dan gas meningkat sebesar 8% di China dan 8,1% dari gas di Amerika Serikat.
Namun, pertumbuhan permintaan listrik yang rendah membantu menekan kenaikan emisi, dengan tingkat pertumbuhan total hanya 0,4% dibandingkan dengan rata-rata historis 10 tahun sebesar pertumbuhan 2,6% per tahun.
Peningkatan pasokan energi surya juga membantu mengurangi total emisi karena sebanyak 104 TWh ditambahkan ke bauran energi global, dengan 50 negara mencetak rekor bulanan, menurut data tersebut.
Namun, pertumbuhan pasokan energi angin dan surya keduanya tetap di bawah level tahun 2022 dalam nilai absolut, dengan surya turun sebanyak 28 TWh dan angin turun sebanyak 38 TWh, menurut data tersebut.
Laporan terbaru dari International Energy Agency (IEA) menyatakan bahwa energi terbarukan perlu tumbuh dengan cepat dan harus tiga kali lipat hingga akhir dekade ini untuk mencapai tujuan membatasi pemanasan global.(*)