Jelang Pengumuman Inflasi AS, Rupiah hingga Minyak Menguat

Yunike Purnama - Kamis, 12 Januari 2023 18:54
Jelang Pengumuman Inflasi AS, Rupiah hingga Minyak MenguatIlustrasi inflasi (sumber: Shutterstock )

JAKARTA - Pasar tengah menanti pengumuman indeks harga konsumen atau consumer price index (CPI) di Amerika Serikat (AS) pada hari ini, Kamis, 12 Januari 2023. Di negeri paman Sam, CPI mengukur perubahan harga yang dibayarkan oleh konsumen untuk sekeranjang barang dan jasa.

Ekonom memperkirakan akan melihat sedikit penurunan pada indeks harga konsumen Desember ketika dirilis pukul 8:30 ET. Perkiraan konsensus untuk CPI mengalami penurunan 0,1% di bulan Desember 2022. Namun, angka CPI AS telah meningkat 6,5% dari tahun sebelumnya, menurut Dow Jones.

Tingkat inflasi harga konsumen di AS turun selama lima bulan berturut-turut menjadi 7,1% pada November 2022, terendah sejak Desember 2021 dan di bawah ekspektasi pasar sebesar 7,3%. Namun, angka ini masih tetap jauh di atas target The Federal Reserve (The Fed) sebesar 2%. Pada basis bulanan, CPI turun tipis 0,1% menjadi 297,711 poin.

Pasar merespon beragam menunggu rilisnya data CPI ini. Rupiah dan mata uang Asia lainnya dilaporkan menguat. Sementara harga minyak masih melanjutkan tren penurunan.

Rupiah menguat ke Rp15.350 terhadap dolar AS pada hari ini. Mata uang RI melanjutkan momentum kenaikannya untuk lima hari berturut-turut dan diperdagangkan pada level tertinggi sejak pertengahan Oktober 2022.

Sebagian besar mata uang Asia juga meroket merespons penurunan dolar. Dolar anjlok mendekati level terendah dalam lebih dari tujuh bulan terhadap sekeranjang mata uang.

Yen Jepang menguat tajam setelah negara itu mencatat surplus neraca berjalan yang mencapai rekor tertinggi. Yen melonjak 0,7% menjadi 131,61 melawan dolar dan menjadi mata uang Asia dengan kinerja terbaik.

Yuan China juga naik didukung oleh data ekonomi yang positif, naik 0,2% Data inflasi konsumen China tumbuh menunjukkan aktivitas ekonomi mulai meningkat setelah pemerintah melonggarkan kebijakan Covid-19.

Harga Minyak Masih Terkoreksi

Harga minyak naik tipis pada hari ini jelang pengumuman data CPI AS. Meski, minyak masih berada di level tertinggi hampir dua minggu.

Ekspektasi data inflasi konsumen AS yang akan akan semakin berkurang bisa menjadi pendorong perlambatan kenaikan suku bunga dalam beberapa bulan mendatang.

Skenario ini kemungkinan akan membebani dolar dan menunjukkan perbaikan ekonomi lebih lanjut pada 2023. Jika dolar melemah, permintaan minyak mentah bisa jadi melonjak.

Harga minyak berjangka Brent turun 0,1% menjadi USD82,82 per barel, sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) naik 0,2% menjadi USD77,55 per barel pada pukul 21:23 ET atau 02:23 GMT. Meski, kontrak untuk kedua jenis minyak mentah ini naik lebih dari 5% dalam seminggu terakhir.

Optimisme atas perlambatan inflasi ini dapat mengimbangi data peningkatan cadangan minyak AS, Strategic Petroleum Reserve sebesar 19 juta barel selama minggu pertama 2023.

Peningkatan cadangan minyak ini menimbulkan beberapa kekhawatiran atas mengganggu permintaan minyak mentah jangka pendek.

Kekhawatiran akan resesi ekonomi yang membayangi pada tahun 2023 juga membuat harga minyak melemah di awal tahun 2023. Tetapi harga pulih tajam dalam sesi baru-baru ini karena prospek The Fed yang kurang hawkish, serta perkiraan pemerintah AS bahwa permintaan minyak global akan mencapai rekor tinggi tahun ini.

Permintaan minyak diperkirakan akan meningkat tajam seiring dengan pemulihan ekonomi China, pasca pencabutan kebijakan lockdown.

Data pada hari Kamis juga menunjukkan bahwa inflasi China sedikit membaik pada bulan Desember lalu.

Namun, harga minyak mentah masih diperkirakan akan berada di atas mengingat pembatasan pasokan dari Rusia yang berlaku Februari tahun ini. (*)

Editor: Redaksi
Bagikan
Yunike Purnama

Yunike Purnama

Lihat semua artikel

RELATED NEWS