Jaga Keanekaragaman Hayati, Pertamina Kampanyekan Pelestarian Burung di Way Kambas
Yunike Purnama - Rabu, 20 Agustus 2025 21:21
BANDARLAMPUNG – Pertamina Patra Niaga Regional Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel) melalui Integrated Terminal (IT) Panjang menyelenggarakan program Sosialisasi Desa Ramah Burung bertema "Suara dari Hutan: Menjadikan Desa Kita Rumah Bagi Burung" di Desa Labuhan Ratu IX, Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung, Selasa (19/08).
Sosialisasi ini difokuskan pada masyarakat umum, terkhusus pendidikan anak-anak sejak dini mengenai pentingnya perlindungan satwa burung sebagai bagian integral dari ekosistem. Kawasan Desa Labuhan Ratu IX, Lampung Timur adalah salah satu desa penyangga, khususnya yang berbatasan dengan Taman Nasional Way Kambas, memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dan menjadi habitat penting bagi berbagai spesies burung.
Namun, aktivitas ilegal seperti penangkapan burung untuk diperjualbelikan masih menjadi ancaman serius bagi kelestarian ekosistem. Melihat kondisi ini, inisiatif Desa Ramah Burung hadir sebagai solusi untuk menciptakan harmonisasi antara kehidupan masyarakat dengan pelestarian satwa.

Program ini mengajarkan masyarakat tentang peran vital burung dalam menjaga keseimbangan ekosistem, serta memberikan panduan praktis untuk melindungi dan melestarikan habitat burung. Inisiatif Desa Ramah Burung tidak hanya berfokus pada aspek konservasi, tetapi juga mengajak masyarakat untuk menjadikan desa sebagai habitat yang aman dan nyaman bagi beragam jenis burung, baik yang menetap maupun yang bermigrasi.
Catur Yogi Prasetyo, Supervisor Health, Safety, Security, and Environment (HSSE) and Fleet IT Panjang, menegaskan bahwa sosialisasi ini merupakan langkah konkret dari Pertamina bersama Koperasi Plang Ijo dalam menjaga keanekaragaman hayati. "Pertamina percaya bahwa kolaborasi antara sektor swasta, pemerintah, dan masyarakat adalah kunci keberhasilan dalam menjaga kelestarian alam. Melalui dukungan kami, kami berharap dapat mewujudkan visi bersama untuk menjaga keberagaman satwa liar dan lingkungan yang sehat bagi generasi mendatang," ujarnya.
Arif Fauzun, Ketua Kelompok Koperasi Plang Ijo yang merupakan binaan program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) Pertamina, menyampaikan dampak positif program ini terhadap perubahan perilaku masyarakat. "Sebelum program ini, masyarakat masih melakukan aktivitas ilegal di desa penyangga dan kawasan Way Kambas, salah satunya menangkap burung untuk dijual. Setelah sosialisasi desa ramah burung, aktivitas ilegal tersebut berkurang signifikan," jelasnya.
Lebih lanjut, Arif menyebutkan bahwa kesadaran masyarakat kini meningkat dalam melindungi satwa burung. "Masyarakat lebih paham cara melindungi burung, dan jika menemukan adopsi sarang burung, mereka segera melaporkannya ke Koperasi Plang Ijo untuk dilestarikan. Way Kambas sendiri merupakan salah satu spot terbaik di Asia Tenggara bagi pengamat burung atau birder," tambahnya.
Area Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Sumbagsel, Rusminto Wahyudi, memaparkan strategi keberlanjutan program ini. "Langkah-langkah peningkatan program meliputi sosialisasi dan edukasi berkelanjutan kepada masyarakat dan anak sekolah untuk menjaga dan melestarikan satwa burung di desa penyangga Taman Nasional Way Kambas, serta menghentikan kegiatan ilegal penangkapan burung dilindungi," terangnya.
Rusminto menambahkan bahwa program ini juga mencakup konservasi dan rehabilitasi habitat melalui penanaman pohon, kegiatan adopsi sarang burung, monitoring dan pengawasan, serta penguatan aturan desa. "Pendekatan komprehensif ini memastikan kelestarian jangka panjang bagi ekosistem burung dan habitatnya," pungkasnya.
Inisiatif Desa Ramah Burung ini sejalan dengan pencapaian _Sustainable Development Goals_ (SDGs), khususnya Tujuan 13 (Penanganan Perubahan Iklim) mengenai penanganan perubahan iklim dan Tujuan 15 (Ekosistem Darutan) tentang pelestarian ekosistem darat. Program ini diharapkan dapat menjadi model replikasi bagi desa-desa lain dalam upaya pelestarian keanekaragaman hayati Indonesia. (*)