Ini yang Harus Dilakukan Aplikator Transportasi Online untuk Kawal Pemulihan Ekonomi

Eva Pardiana - Senin, 04 Oktober 2021 10:30
Ini yang Harus Dilakukan Aplikator Transportasi Online untuk Kawal Pemulihan EkonomiIndustri jasa transportasi online dapat memberikan kontribusinya dalam mengawal pemulihan ekonomi selama masa pandemi Covid-19. (sumber: Ismail Pohan/TrenAsia)

BANDARLAMPUNG – Industri jasa transportasi online turut berperan menggerakkan roda perekonomian di Indonesia. Setelah sempat mengalami penurunan akibat pandemi Covid-19, kini permintaan atas layanan transportasi online atau ojek online (ojol) bergerak pulih seiring dengan terkendalinya pandemi dan perekonomian yang semakin membaik.

Pengamat Ekonomi Jawa Timur yang juga akademisi Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga, Dr. Wisnu Wibowo mengatakan bisnis ojol kini telah berkembang dan bertransformasi menjadi fintech (teknologi finansial) yang memungkinkan pengguna menyimpan saldo di dompet digital, bahkan mendapatkan pinjaman dana.

Dr. Wisnu Wibowo

Menurut Wisnu, perusahaan aplikator ojol dapat memberikan stimulus untuk membantu mempercepat pemulihan ekonomi di masa pandemi. Stimulus tersebut dapat berupa potongan harga atau pun kelonggaran pembayaran bagi masyarakat pengguna layanan mereka.

"Untuk mengawal recovery perekonomian, aplikator ojol perlu memberikan stimulus baik di sisi konsumen dalam bentuk diskon-diskon dan kelonggaran pembayaran untuk mendukung peningkatan mobilitas ekonomi dan pemulihan daya beli konsumen," ujar Wisnu kepada KabarSiger, Sabtu (3/10/2021).

Namun demikian, Wisnu mengingatkan jangan sampai stimulus kepada konsumen tersebut merugikan mitra pengemudi (driver). Sebab driver juga merupakan bagian dari kelompok yang perlu dipulihkan daya belinya.

"Banyak di antara para driver itu berasal dari korban PHK (pemutusan hubungan kerja) atau tutupnya bisnis mereka akibat pandemi," ujarnya.

Oleh karena itu, Wisnu menyarankan penentuan skema komisi oleh aplikator ojol hendaknya melibatkan para stakeholder sehingga dapat mengakomodasi kepentingan pihak aplikator maupun driver.

Perusahaan teknologi seperti Gojek dan Grab, lanjut Wisnu, di masa pandemi mampu menjadi alternatif pekerjaan di saat tidak ada pekerjaan lain yang tersedia akibat pandemi. Bisnis ojol menawarkan karakteristik pekerjaan bersifat low barrier to entry/exit dan fleksibel.

Wisnu menyebut perusahaan aplikator transportasi online memiliki tugas penting untuk memastikan pendapatan mitra dapat terjaga di masa pemulihan ekonomi ini melalui inovasi-inovasi yang dilakukan.

"Saat ini industri ride hailing sudah lebih mature dan melewati tahap 'bakar uang'. Untuk menjaga kelangsungan bisnis dan terus memberikan dampak sosial yang berkelanjutan, perlu dilakukan inovasi inovasi di bidang teknologi," imbuhnya.

Terpisah, Pengamat Ekonomi Sumatera Utara yang juga akademisi Universitas Sumatera Utara, Wahyu Ario Pratomo, M.Ec menambahkan konsumsi masyarakat akan otomatis naik ketika pendapatan masyarakat meningkat.

Wahyu Ario Pratomo, M.Ec

"Apalagi layanan ojol tergantung dengan mobilitas masyarakat. Ketika masih berjalan work from home, dan sekolah juga masih dilakukan secara online. Maka permintaan ojol jelas terpengaruh. Jadi penyelenggara ojol tetap memberikan diskon untuk menarik kembali pembeli atau konsumen," ujarnya.

Terkait skema bagi hasil komisi yang diterapkan perusahaan aplikator, Wahyu menyebut hal itu sebagai kebijakan masing-masing perusahaan. Namun ia mengingatkan aplikator transportasi online di Indonesia untuk memberikan perlindungan kesehatan dan ketenagakerjaan bagi para mitra pengemudi.

"Skema bagi hasil dengan (mitra pengemudi) ojol tentu itu menjadi kebijakannya perusahaan. Yang penting bagaimana agar menguntungkan driver dan dipenuhi hak-hak driver seperti asuransi, BPJS Kesehatan dan Ketenagakerjaan. Perlindungan terhadap pekerja penting agar pekerja menjadi nyaman dalam melakukan layanan kepada konsumen," tandasnya. (EP)

Editor: Eva Pardiana

RELATED NEWS