Ini Alasan Perusahaan Startup Banyak Gulung Tikar di 2022
Yunike Purnama - Selasa, 24 Januari 2023 09:02BANDAR LAMPUNG - Fenomena kegagalan perusahaan rintisan atau startup hingga hingga berbuntut aksi PHK marak terjadi di 2022. Menurut data Biro Statistik Tenaga Kerja Amerika Serikat (AS), sekitar 20 persen bisnis baru gagal dalam tahun pertama mereka.
Untungnya, beberapa penelitian baru dapat menjelaskan hambatan terbesar mengenai kegagalan perusahaan startup untuk berkembang.
- Cek Harga Emas Antam di Pegadaian Selasa, 24 Januari 2023
- Ternyata Ini Alasan Mengapa Orang Suka Mengikuti Hal yang Viral
- Konsisten Berinovasi Menjadi Kunci Kesuksesan Transformasi Digital BRI
Mengutip CNBC, Selasa, 24 Januari 2023 Skynova yang merupakan perusahaan yang membuat invoicing software untuk UMKM mensurvei 492 pendiri startup pada November 2022. Ditemukan tiga alasan paling umum di balik kegagalan perusahaan rintisan pada tahun lalu:
1. Kurangnya pembiayaan atau investor
Studi tersebut mencatat, 47 persen kegagalan startup pada 2022 disebabkan oleh kurangnya pembiayaan, hampir dua kali lipat persentase kegagalan karena alasan yang sama pada 2021.
2. Kehabisan uang
Faktor kehabisan uang menyebabkan 44 persen kegagalan. Meskipun hal itu dapat disebabkan oleh perencanaan keuangan yang buruk, hal itu juga dapat menunjukkan kurangnya dana yang tersedia.
Isu soal permodalan ini tak mengherankan, mengingat tahun lalu muncul kekhawatiran akan resesi. Sehingga menyebabkan investasi pada perusahaan rintisan di Amerika Utara anjlok 63 persen dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Alhasil, siapa pun yang ingin memulai bisnis baru pada 2023 mungkin menghadapi hambatan serupa untuk mendapatkan pendanaan, selama ketidakpastian ekonomi terus berlanjut.
3. Pandemi Covid-19
Dampak pandemi Covid-19 masih terus berlangsung. Sementara 33 persen dari kegagalan startup dikaitkan dengan efek pandemi yang meluas ke sektor bisnis dan ekonomi.
Data CB Insight menunjukan, jumlah kegagalan itu turun dari 59 persen pada tahun sebelumnya. Itu jadi tanda bahwa banyak pelaku bisnis kecil perlahan pulih, meskipun beberapa terus berjuang untuk kembali normal.(*)