IMF Upaya Cari Solusi Bereskan Kesenjangan Ekonomi Sri Lanka
Yunike Purnama - Minggu, 22 Oktober 2023 21:30SRI LANKA - Dana Moneter Internasional (IMF) mendorong anggaran besar dan defisit yang lebih sempit dari Sri Lanka untuk mengisi kesenjangan antara pendapatan dan pengeluaran pemerintah.
Sri Lanka jatuh ke dalam krisis keuangan terburuk dalam tujuh dekade terakhir tahun lalu setelah cadangan devisanya menurun ke level terendah dalam sejarah. Tetapi, sejak mengunci program IMF senilai US$2,9 miliar pada bulan Maret, negara tersebut berhasil menstabilkan ekonomi, mengurangi inflasi yang tinggi dan membangun kembali cadangan dana.
Namun, negara tersebut mengalami kesulitan dalam meningkatkan pendapatan publik. IMF memproyeksikan defisit sebesar 15% tahun ini. Kinerja yang lebih baik untuk tahun depan sangat dibutuhkan agar Sri Lanka bisa melewati tahap pertama dari programnya bersama pemberi pinjaman global tersebut.
- Converse dan Liverpool FC Luncurkan Koleksi Edisi Terbatas
- Amazon Mulai Uji Robot untuk Bantu Staf Gudang, Akan Gantikan Manusia?
- Bank Neo Commerce (BBYB) Akan Terbitkan Rights Issue 5 Miliar Saham, Ini Jadwalnya
Sri Lanka mencapai kesepakatan tingkat staf dengan IMF pada Kamis, 19 Oktober 2023 untuk melepaskan transaksi kedua sekitar US$330 juta, namun masih memerlukan persetujuan dari manajemen IMF dan Dewan Eksekutif.
Terkait pendapatan, Kepala Misi Senior Sri Lanka, Peter Breuer, mengatakan tujuannya adalah untuk mencegah kekurangan pendapatan terjadi tahun depan, dan memastikan pendapatan melebihi 12% dari PDB.
“Seperti sekitar 12 bulan yang lalu, tentu saja mencari anggaran kuat yang dapat mencapai tujuan tersebut. Tujuannya mengurangi kesenjangan antara pengeluaran dan pendapatan sehingga Sri Lanka dapat sekali lagi menemukan para kreditur yang bersedia mendanai kesenjangan yang tersisa,” kata Breuer.
Sri Lanka biasanya menggunakan pinjaman dari bank-bank negara, pajak, dan surat berharga pemerintah untuk mendanai anggarannya. Otoritas pengatur listrik menyetujui kenaikan tarif listrik sebesar 18% untuk rumah tangga di negara tersebut mulai berlaku sejak Jumat.
Hal itu sebagai bagian dari upaya Sri Lanka untuk meningkatkan pendapatan dari monopoli listrik yang dikelola negara, yaitu Ceylon Electricity Board. Sri Lanka meningkatkan tarif sebesar 65% pada bulan Februari sebelum menguranginya sebesar 14% pada bulan Juni.
- Mengenal Governance, Risk, and Compliance (GRC) yang Harus Diterapkan Industri Asuransi
- Tidak Ada Lagi Iklan di X, Elon Musk Berikan Paket Langganan Baru
- Gandeng Triniti Land, Bank BTN Siap Optimalkan KPR Rumah Non-Subsidi
Analis mengatakan, kenaikan tarif listrik diperkirakan Sebagian akan meningkatkan inflasi di pulau tersebut, dari 1,3% pada bulan September menjadi sekitar 5% pada bulan Desember.
Sementara itu, China menawarkan bantuan kepada Sri Lanka untuk membeli lebih banyak ekspornya setelah pemimpin kedua negara bertemu di Beijing pada Jumat, seperti yang dilaporkan media negara. Ini terjadi sepekan setelah negara pulau tersebut mengumumkan bahwa telah mencapai kesepakatan dengan Export-Import Bank of China terkait utang sebesar $4,2 miliar.(*)