Gorontalo Contoh Sukses Terapkan SVLK Kelola HTI Tanpa Deforestasi

Redaksi - Senin, 10 November 2025 11:07
Gorontalo Contoh Sukses Terapkan SVLK Kelola HTI Tanpa DeforestasiGorontalo Contoh Sukses Terapkan SVLK Kelola HTI Tanpa Deforestasi (sumber: redaksi)

JAKARTA – Pengembangan Hutan Tanaman Industri (HTI) bertujuan menekan deforestasi (deforestation) dengan cara memproduksi kayu dari hutan buatan. Tujuannya agar industri tidak lagi tergantung pada hutan alam sehingga menekan penebangan.

Kementerian Kehutanan yang menekankan pengembangan Hutan Tanaman Industri (HTI) untuk kayu energi bukan penyebab deforestasi. Justru strategi ini merupakan solusi dalam penyediaan energi terbarukan, rehabilitasi lahan kritis, sekaligus memperkuat kontribusi Indonesia mencapai target FOLU Net Sink 2030.

Dalam suatu kesempatan, Kepala Subdit Sertifikasi dan Pemasaran Hasil Hutan Kementerian Kehutanan, Tony Rianto, menegaskan pengelolaan HTI berbasis Sustainable Forest Management (SFM) berperan penting dalam menjaga fungsi ekologis, sosial, dan ekonomi hutan.

BACA JUGA: Wood Pellet Indonesia Semakin Dipercaya Berkat Standar SVLK

"Pengelolaan berbasis SFM, dengan sendirinya HTI untuk kayu energi dapat menjaga fungsi ekologis, sosial, dan ekonomi hutan. Selain itu, juga berkontribusi mengurangi ketergantungan energi fosil serta meningkatkan ketahanan energi nasional," kata Tony dalam keterangan tertulis, Rabu, 17 September 2025.

Selain itu, Tony menyebut pemerintah telah mengakomodir masukan dari LSM yang mengkhawatirkan dampak dari industri biomassa dengan menerapkan regulasi yang ketat. Selain itu juga mewajibkan SVLK dan sanksi hukum. Dengan demikian, pengelolaan sumber daya alam dalam hal ini hutan berjalan dalam koridor prinsip berkelanjutan.

"Dengan langkah ini, pengembangan HTI kayu energi diharapkan tak hanya mendukung energi bersih, tapi juga memastikan hutan tetap lestari," tutup Tony.

Pemerintah berharap HTI kayu energi dapat menjadi motor pertumbuhan ekonomi daerah melalui penciptaan lapangan kerja, peningkatan investasi, dan diversifikasi sumber energi domestik. Bahkan pemerintah telah mendorong produk turunan seperti wood pellet yang mampu bersaing di pasar ekspor. 

“Pengembangan HTI kayu energi diharapkan tak hanya mendukung energi bersih, tapi juga memastikan hutan tetap lestari," tutup Tony.

Indonesia sendiri tercatat sebagai eksportir dengan nilai di tahun 2024 tercatat US$40,3 juta, melonjak dari US$14,74 juta pada 2023. Menurut data Kementerian Kehutanan, produksi wood pellet Indonesia tahun 2024 mencapai 333.971 meter kubik, naik hampir tiga kali lipat dibanding tahun 2020 yang sebesar 103.356 m³. Tercatat terdapat 35 industri wood pellet di Indonesia, dengan kapasitas lisensi produksi mencapai 3,18 juta m³ per tahun. Gorontalo menjadi produsen terbesar dengan pangsa 29,96%, disusul Jawa Timur 23,08%.

Gorontalo menjadi contoh sukses tata kelola industri biomassa yang legal dan lestari. Daerah ini telah memanfaatkan potensi hutan tanaman industri (HTI) sebagai sumber bahan baku utama wood pellet, tanpa harus membuka hutan alam. Artinya, Gorontalo berada di jalur yang tepat untuk memenuhi permintaan pasar global yang semakin ketat terhadap produk legal, lestari, dan bebas dari isu deforestasi.

Editor: Redaksi

RELATED NEWS