ChatGPT Dinilai Buat Susah Perguruan Tinggi dan Universitas di AS
Yunike Purnama - Kamis, 07 September 2023 12:47AS - ChatGPT dari OpenAI adalah salah satu teknologi kecerdasan buatan yang menggemparkan banyak orang akhir-akhir ini. Hal ini karena ChatGPT memiliki kemampuan untuk menjawab berbagai hal yang diminta oleh pengguna bahkan membuat suatu esai, narasi, atau teks yang sesuai dengan brief yang diberikan pengguna.
Seperti yang telah diketahui, nilai yang baik dan aktif di kegiatan ekstrakurikuler adalah hal yang diperlukan untuk diterima di perguruan tinggi atau universitas di Amerika Serikat. Selain itu, penting juga bagi para calon mahasiswa untuk membuat esai pribadi. Semua perguruan tinggi mencari esai pribadi sebagai salah satu faktor paling penting sebelum menerima mahasiswa.
Akan tetapi, munculnya ChatGPT, Google Bard, dan alat AI generatif lainnya tampaknya juga menciptakan kesulitan dan dilema bagi lembaga pendidikan. Menurut laporan dari The New York Times dan Gadgets Now, hal ini karena beberapa universitas harus menghadapi tantangan dalam hal esai untuk masuk ke perguruan tinggi.
Sikap Lembaga Pendidikan Terhadap Penggunaan AI Generatif
Banyak lembaga pendidikan yang mengambil sikap berbeda terkait penggunaan AI. Misalnya, Michigan University telah sepenuhnya melarang penggunaan AI. Universitas tersebut bahkan mengeluarkan pedoman penerimaan awal tahun ini yang dengan jelas menyatakan bahwa pelamar tidak boleh menggunakan ChatGPT atau alat kecerdasan buatan lainnya.
Namun, Arizona State University justru meminta mahasiswanya menggunakan AI secara bertanggung jawab dan memperbolehkan penggunaan tools AI. Georgia Tech juga telah mengambil pendekatan yang lebih beragam di mana pelamar dapat menggunakan alat AI untuk memperbaiki dan mengedit tapi tidak dapat menyalin dan menempelkan konten atau teks yang tidak dibuat sendiri ke berkas lamaran.
Sedangkan menurut Dean of Admission Dartmouth College, Lee Coffin, gagasan bahwa komponen utama dari sebuah esai yang dapat dibuat oleh orang lain selain pelamar adalah hal yang mengecewakan.
Tahun 2023 tentu menjadi tahun pertama ketika teknologi AI generatif benar-benar menjadi hal yang lumrah digunakan bagi banyak orang. Hal ini tentu menjadi tantangan baru bagi perguruan tinggi serta universitas.
Selain itu, tools AI generatif tampaknya juga tidak akan hilang dalam waktu dekat, hal itulah yang harus membuat para pendidik bergulat dengan masalah ini. Apakah mereka harus mengizinkan atau melarang penggunaan ChatGPT atau AI generatif lainnya sama sekali.(*)