Bulog Rencana Edarkan Beras Kemasan 1 Kilogram
Yunike Purnama - Selasa, 29 Agustus 2023 19:22JAKARTA - Perum Bulog dikabarkan akan segera mengedarkan beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) dengan kemasan 1 kg. Kemasan baru tersebut bertujuan untuk menjadi opsi beras eceran untuk masyarakat yang tidak mampu membeli beras dengan kemasan 5 kg.
Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso, pada 28 Agustus 2023, menyebutkan, “Jadi nanti Bulog juga akan membuat packaging yang 1 kg. Jadi masyarakat yang nanti tidak bisa beli 5 kg kita akan berikan yang 1 kg.”
Buwas, sapaan akrab Budi Waseso, menyebutkan Bulog sebenarnya pernah mengedarkan beras dengan kemasan 1 kg bahkan yang paling kecil berukuran 250 gram. Namun Buwas menyebutkan beras eceran tersebut tidak begitu laku karena minat masyarakat yang kurang.
- BI Catat Uang Beredar Mencapai Rp8.350 Triliun per Juli 2023
- Semen Indonesia Gunakan Alat Ukur Tekanan Buatan UMKM Binaan
- UMKM Rasakan Manfaat Media Sosial Melalui PKM IIB Darmajaya
- Mengenal Cybertruck, Truk Listrik Tesla yang Bisa Dipesan Meski Belum Rilis di Pasaran
Tetapi, karena harga beras premium dan beras medium sedang naik dan permintaan terus meningkat untuk beras SPHP, Bulog berencana untuk kembali menyediakan beras dalam kemasan 1 kg. Buwas menyatakan bahwa Bulog telah memproduksi beras SPHP dalam kemasan 1 kg, meskipun belum merinci tanggal pasti kapan beras SPHP tersebut akan tersedia di pasaran.
“Secepatnya. Pertama kita sudah punya produksinya yang 1 kg, tinggal nanti kita edarkan kebutuhan masyarakat seperti apa, yang sekarang sudah ada memang beras komersil yang 1 kg,” ujar Buwas. Rencananya beras kemasan 1 kg tersebut akan dijual dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp9.450/kg.
Saat ini, Buwas menyebutkan Bulog masih fokus untuk distribusi beras SPHP kemasan 5 kg. Hal itu sebagai salah satu upaya menstabilkan harga dan stok beras di pasaran.
Buwas membeberkan kemasan 5 kg dipilih karena Bulog tidak ingin lagi mendistribusikan beras kemasan 50 kg guna menghindari upaya penimbunan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Hal itu karena dahulu Bulog pernah mendistribusikannya namun hanya 10% atau paling banyak 20% yang ditemukan di pasar. “Sisanya dijual komersil. Jadi rakyat kecil tidak merasakan,” tukas Buwas.(*)