Belum Ada Bukti Varian Delta Plus Hasil Mutasi SARS-COV-2 Lebih Berbahaya

Eva Pardiana - Selasa, 16 November 2021 12:43
Belum Ada Bukti Varian Delta Plus Hasil Mutasi SARS-COV-2 Lebih BerbahayaIlustrasi mutasi virus SARS-CoV-2 (sumber: Pixabay)

YOGYAKARTA – Virus SARS-CoV-2 pembawa penyakit Covid-19 terus bermutasi dan varian yang terbaru yakni Delta Plus atau AY.4.2. mulai terdeteksi di negara tetangga. Sebenarnya seberapa berbahaya kah varian baru ini?

Ketua Pokja Genetik Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gajah Mada (UGM) dr. Gunadi, Sp.BA., Ph.D., mengatakan varian Delta Plus atau AY.4.2 merupakan hasil mutasi alamiah yang terjadi pada virus termasuk SARS-CoV-2. Namun demikian, hasil mutasi tidak selalu lebih berbahaya.

“Sekali lagi AY.4.2 belum ada bukti yang menunjukkan lebih ganas ya ataupun lebih mudah menular dibandingkan varian induknya, varian Delta (B.1.617.2),” kata Gunadi, seperti dilansir jogjaaja.com – jaringan KabarSiger.com – Senin, 15 November 2021.

Gunadi menyebutkan sampai saat ini belum ada bukti riset soal tingkat keganasan varian ini lebih berbahaya dari dari varian Delta. “Otoritas Kesehatan Inggris juga baru menggolongkannya menjadi Variant Under Investigation,” paparnya.

Meski varian ini berasal dari Inggris dan saat ini sudah terdeteksi di Malaysia, menurutnya pemerintah tetap harus memperketat perbatasan untuk mengantisipasi masuknya setiap varian baru.

“Sebetulnya pencegahan penyebaran varian apapun termasuk AY.4.2 sama. Mestinya pemerintah sudah antisipasi termasuk terkait perbatasan antar negara,” tegasnya.

Soal kenaikan lonjakan penularan kasus Covid-19 di Inggris belakangan ini menurutnya belum tentu disebabkan oleh varian tersebut. Sebab, kenaikan penularan juga dipicu oleh longgarnya penerapan pembatasan dan protokol kesehatan. “Tergantung banyak faktor, salah satu faktor yang penting adalah bagaimana aktivitas masyarakat khususnya prokes,” ujarnya.

Menurutnya, protokol kesehatan seperti selalu mengenakan masker, mencuci tangan dengan air sabun sampslsi menjaga jarak dan tidak menimbulkan kerumunan harus diperkuat dalam segala aktivitas kegiatan di masyarakat hingga tercapainya kekebalan komunal.

"Sepanjang Covid-19 belum terkendali dan imunitas kelompok belum terbentuk, prokes ketat dan pembatasan kegiatan warga tetap perlu diutamakan oleh pemerintah. “Kuncinya satu, prokes. Sampai kapan? sampai kekebalan komunal tercapai,” pungkasnya. (*)

 

Tulisan ini telah tayang di jogjaaja.com oleh Ties pada 16 Nov 2021 

Editor: Eva Pardiana

RELATED NEWS