BEI Lampung Bersama PTPW Bahas Pentingnya Infrastruktur Sebagai Penggerak Ekonomi
Yunike Purnama - Jumat, 26 Juni 2020 01:21
Kabarsiger.com, Bandar Lampung - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Perwakilan Provinsi Lampung mendapat kesempatan talkshow edukasi secara daring bersama PT Pratama Widya Tbk (PTPW) perusahaan eminten yang bergerak dalam bidang jasa pelaksana konstruksi.
Talkshow secara live di media sosial instagram @idx_lampung ini dalam rangka program WIB-WITA-WIT: Waktu Indonesia Berinvestasi yang mengintegrasikan kegiatan edukasi pada seluruh zona waktu WIB, WITA, WIT. Seluruh materi program nantinya dapat disaksikan oleh masyarakat Indonesia secara berurutan tanpa jeda.
Dalam talkshow kali ini tema yang diangkat adalah Infrastruktur Penggerak Ekonomi Bangsa Indonesia bersama Direktur Utama PT Pratama Widya Tbk Andreas Widhatama dan dipandu langsung oleh Kepala BEI Perwakilan Provinsi Lampung Hendi Prayogi.
PT Pratama Widya Tbk menjadi salah satu perusahaan yang memiliki peran dengan perkembangan infrastruktur Indonesia. Berdiri sejak Januari 1981, perusahaan ini sudah fokus di bidang infrastruktur. Salah satunya dalam pembangunan Landmark Plaza Indonesia yang menjadi Landmark pertama di Indonesia dikerjakan oleh perusaaan yang memiliki kode eminten PTPW tersebut.
"Pengembangan bisnis PTPW dimulai dari perbaikan tanah dan pondasi hingga berkembang ke proyek lebih besar lagi seperti proyek jalan Tol, MRT dan pembangunan proyek infrastruktur strategis lainnya,"ujar Direktur Utama PT Pratama Widya Tbk Andreas Widhatama, Rabu (24/6/2020).
Andreas juga menjelaskan pentingnya infrastruktur menjadi penggerak ekonomi. Diantaranya posisi Indonesia sebagai negara kepulauan dibutuhkan konektivitas yang layak dalam distribusi.
"Contoh kecil dengan kurangnya infrastruktur akan berdampak pada biaya logistik yang tinggi, hal ini akan berimbas ke biaya kebutuhan pokok yang tidak terkendali,"jelasnya.
Selanjutnya Andreas memaparkan berdasarkan The Global Competitiveness Report 2019 yang dikeluarkan oleh World Economic Forum terkait peringkat infrastruktur menunjukkan bahwa Indonesia pada tahun 2018 peringkat ke-71 dari 140 negara. Pada tahun 2019, Indonesia berada pada urutan ke-72 dari 141 negara.
Peringkat infrastruktur Indonesia di antara negara-negara ASEAN masih di bawah Singapura (peringkat 1), Malaysia (35), Brunei Darussalam (58), dan Thailand (71). Peringkat Indonesia lebih baik daripada Vietnam (77), Laos (93), Filipina (96), dan Kamboja (106).
"Pencapaian ini selain menjadi evaluasi, namun harus dapat dijadikan peluang,"tegasnya.
Seperti prospek jangka panjang PT Pratama Widya Tbk antara lain pembangunan Ibukota baru, pengembangan energi, teknologi, pariwisata hingga pembangunan kawasan industri terintegrasi.
Kemudian dalam menghadapi kondisi pandemi COVID-19 Pratama Widya memilih pola pendekatan optimistis. Sebelum pandemi COVID-19 Pratama Widya pada awal tahun membidik perolehan kontrak baru sebesar Rp 300 miliar. Namun, setelah adanya COVID-19 diturunkan menjadi Rp211 miliar, meski target turun tahun ini tetapi tetap optimis masih ada peningkatan 16% dibanding pencapaian tahun lalu yakni Rp200 miliar.
Sampai dengan periode Mei 2020, emiten ini telah mengempit kontrak baru sekitar 45% atau Rp 135 miliar. Rinciannya, PTPW berhasil memperoleh kontrak pancang laut dan darat untuk pembangunan dermaga dan kawasan industri di Karimun, Kepulauan Riau sebesar Rp 6,5 miliar
Pihaknya yakin pembangunan infrastruktur akan selalu ada untuk menunjang perekonomian setelah masa pandemi selesai.
"Indonesia sebelumnya sudah pernah mengalami krisis, kami optimis kali ini pun akan mampu melewatinya. Karena pada prinsipnya kondisi COVID-19 ini hanya menunda," kata Andreas.
Guna melancarkan rencana bisnisnya, PTPW juga mengalokasikan belanja modal sebesar Rp 40 miliar, yakni untuk penambahan dan peremajaan alat berat agar kapasitas produksi dan kinerja dapat meningkat.
Salah satu sumber belanja modal ini diperoleh dari hajatan initial public offering (IPO) pada Februari silam. Sebagai informasi, melalui penawaran saham perdana PTPW melepas sejumlah 175,63 juta saham baru dengan harga Rp 650 per saham.
Dengan begitu, perusahaan ini meraup dana segar sebanyak Rp 114,16 miliar. Pratama Widya rencananya akan menggunakan 47,15% dana hasil IPO untuk membeli mesin baru, kemudian sekitar 27,66% akan digunakan untuk renovasi dan pembangunan kantor operasional perusahaan dan workshop.(*)