BEI Bidik 10 Juta Investor Baru pada 2022

Yunike Purnama - Kamis, 30 Desember 2021 17:50
BEI Bidik 10 Juta Investor Baru pada 2022BEI menargetkan pertumbuhan investor baru di pasar modal mencapai 10 juta investor di 2022. (sumber: Tangkapan layar)

BANDARLAMPUNG - Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan pertumbuhan investor baru di pasar modal mencapai 10 juta investor di 2022. Direktur Utama BEI, Inarno Djajadi mengakui jika secara presentasi nampaknya cukup berat. Namun, ia optimistis tahun depan tren pertumbuhan investor baru masih akan berlanjut.

"Memang kalau dari presentasinya agak berat, tapi kita tetap upayakan. Kita harapkan dari sisi absolutenya bisa meningkat dari tahun ini,InsyaAllah 2022 kita bisa mencapai 10 juta lebih, lah. Mudah-mudahan bisa tercapai,” kata Inarno dalam konferensi pers virtual penutupan perdagangan BEI tahun 2021, Kamis (30/12/2021).

Dalam paparannya, jumlah investor di pasar modal hingga 29 Desember 2021 telah mencapai 7,48 juta investor. Jumlah investor naik 92,7 persen dibandingkan posisi akhir tahun lalu. Sementara investor saham tercatat sebesar 3,45 juta investor atau naik 103 persen dari posisi akhir 2020.

Dari sisi supply, Bursa menargetkan pencatatan 68 efek pada 2022. Baik dari pencatatan saham, obligasi korporasi baru, dan pencatatan efek lainnya meliputi Exchange Traded Fund (ETF), Dana Investasi Real Estate (DIRE), maupun Efek Beragun Aset (EBA).

Khusus untuk IPO, Inarno mengatakan Bursa tisak memberikan perlakuan khusus terhadap sektor tertentu untuk melantai. Bursa akan berupaya akomodasi seluruh perusahaan dari berbagai sektor yang berencana mencari pendanaan di pasar modal RI.

“Kita tidak memberikan privilege kepada sektor tertentu. Semua kita dorong untuk bis ago public,” kata Inarno.

Wabah virus corona COVID-19 tidak hanya berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat, namun berdampak pula pada pertumbuhan ekonomi negara. Hal ini berdampak bagi bursa saham dan nilai tukar rupiah.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Penilaian Perusahaan Bursa Efek Indonesia, I Gede Nyoman Yetna menjelaskan, optimisme dari sisi supply itu merujuk pada capaian Bursa sepanjang tahun ini.

Senada dengan Inarno, Nyoman juga menegaskan Bursa berusaha membuka peluang IPO untuk perushaan dari berbagai sektor. Namun demikian, Inarno mengatakan, investor memiliki preferensinya sendiri. Sehingga ada beberapa sektor yangta,pak unggul sepanjang tahun ini dibanding sektr lainnya.

"Kita mengakomodasi semua sektor untuk dapat tercatat. Tentu ada preferensi dari investor ke depan. Jadi kalau kita lihat di tahun 2021, terlihat di sektor teknologi, infrastruktur, basic material. Selain financial dan consumer good,” ujarnya.

Hingga 30 Desember 2021, terdapat 54 perusahaan tercatat yang melakukan Initial Public Offering (IPO) dan mencatatkan sahamnya di BEI. Sehingga sebanyak 766 perusahaan telah mencatatkan sahamnya di BEI.

Total fund raised IPO saham mencapai Rp 62,61 triliun, naik sebesar 1.022,35 persen dibandingkan dengan 2020 dan merupakan nilai penggalangan dana tertinggi sepanjang sejarah pasar modal Indonesia. Indonesia pun masih menjadi Bursa dengan jumlah IPO terbanyak di Kawasan ASEAN selama 3 tahun berturut – turut sejak 2019.(*)

Editor: Yunike Purnama
Yunike Purnama

Yunike Purnama

Lihat semua artikel

RELATED NEWS