April 2023, Utang Luar Negeri Indonesia Capai Rp6.006,19 Triliun

Yunike Purnama - Jumat, 16 Juni 2023 06:20
April 2023, Utang Luar Negeri Indonesia Capai Rp6.006,19 TriliunBank Indonesia (BI) melaporkan Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia mencapai US$ 403,1 miliar atau setara Rp 6.006,19 triliun pada April 2023 (sumber: Ismail Pohan/TrenAsia)

JAKARTA - Bank Indonesia (BI) melaporkan Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia mencapai US$ 403,1 miliar atau setara Rp 6.006,19 triliun pada April 2023. Nilai tersebut lebih rendah dibandingkan dengan posisi utang luar negeri akhir Maret 2023 sebesar US$ 403,3 miliar. 

Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono mengatakan, dengan perkembangan tersebut, utang luar negeri Indonesia secara tahunan mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 1,3% yoy, melanjutkan kontraksi pada bulan sebelumnya sebesar 1,8% yoy.

"Kontraksi pertumbuhan utang luar negeri ini terutama bersumber dari penurunan utang luar negeri sektor swasta," ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis (15/6/2023).

Sementara itu, utang luar negeri pemerintah tetap terkendali. Di mana posisi utang luar negeri pemerintah pada akhir April 2023 tercatat sebesar US$ 194,1 miliar, relatif stabil dibandingkan dengan posisi bulan sebelumnya sebesar US$ 194,0 miliar.

Secara tahunan posisi utang luar negeri pemerintah tumbuh 1,8% yoy setelah terkontraksi 1,1% yoy pada bulan sebelumnya. Perkembangan utang luar negeri tersebut dipengaruhi oleh penempatan investasi portofolio di pasar Surat Berharga Negara (SBN) domestik seiring dengan sentimen positif pelaku pasar global yang tetap terjaga. 

Menurutnya, penarikan utang luar negeri pemerintah pada April 2023 masih diutamakan untuk mendukung pembiayaan sektor produktif dan prioritas, khususnya untuk menjaga momentum pemulihan ekonomi di tengah ketidakpastian perekonomian global.

"Pemerintah terus berkomitmen mengelola utang luar negeri secara hati-hati, efisien, dan akuntabel, termasuk menjaga kredibilitas dalam memenuhi kewajiban pembayaran pokok dan bunga secara tepat waktu," katanya.

Berdasarkan sektor ekonomi, utang luar negeri pemerintah mencakup antara lain sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (24,1%), administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (17,9%), jasa pendidikan (16,8%), konstruksi (14,3%), serta jasa keuangan dan asuransi (10,2%).

"Posisi utang luar negeri pemerintah relatif aman dan terkendali mengingat hampir seluruh utang luar negeri memiliki tenor jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,9% dari total utang luar negeri pemerintah," ujar Erwin.

Adapun utang luar negeri swasta melanjutkan tren kontraksi pertumbuhan. Posisi utang luar negeri swasta pada akhir April 2023 tercatat sebesar 199,6 miliar dolar AS, turun dibandingkan dengan posisi bulan sebelumnya sebesar 199,9 miliar dolar AS.

Secara tahunan, utang luar negeri swasta kembali mengalami kontraksi sebesar 4,5% yoy, lebih dalam dibandingkan kontraksi pada bulan sebelumnya sebesar 2,8% yoy.

Utang luar negeri swasta terbesar bersumber dari sektor jasa keuangan dan asuransi, industri pengolahan, pengadaan listrik, gas, uap/air panas, dan udara dingin, serta pertambangan dan penggalian. Pangsanya mencapai 78,0% dari total utang luar negeri swasta.

"Utang luar negeri swasta juga tetap didominasi oleh utang luar negeri jangka panjang dengan pangsa mencapai 75,5% terhadap total utang luar negeri swasta," kata Erwin. (*)

Editor: Redaksi
Yunike Purnama

Yunike Purnama

Lihat semua artikel

RELATED NEWS