5 Alasan Rokok Bentoel Keluar dari BEI

Yunike Purnama - Kamis, 18 Januari 2024 06:18
5 Alasan Rokok Bentoel Keluar dari BEIPT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA) resmi menjadi perusahaan tertutup atau go private. (sumber: Ist)

JAKARTA - PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA) resmi menjadi perusahaan tertutup atau go private. 

Hal itu tertuang dalam Pengumuman BEI tentang Penghapusan Pencatatan Efek (Delisting) PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA).

Sebelumnya, RMBA mengajukan surat permohonan pada tanggal 12 Oktober 2023. Kemudian, pada tanggal 9 Januari 2024 juga mengajukan surat permohonan penghapusan pencatatan efek. Akhirnya, pada kemarin, Selasa (16/1) RMBA keluar dari bursa dengan harga terakhir di Rp306 per lembar.

"Bursa menyetujui penghapusan pencatatan efek perseroan di Bursa Efek Indonesia efektif pada hari Selasa, 16 Januari 2024," tulis pengumuman tersebut, dikutip Rabu 17 Januari 2024. 

Dalam pengumuman itu disebut apabila Bentoel akan mencatatkan sahamnya kembali, maka proses pencatatan saham dapat dilakukan dengan mengacu pada ketentuan yang berlaku.

British American Tobacco (BAT), selaku pengendali akan membeli sisa saham yang beredar publik di harga Rp1.000 per saham.

Alasan Delisting

1. Tidak Aktif Diperdagangkan dan Tidak Likuid

“Saham perseroan tersebut tidak secara aktif diperdagangkan dan relatif tidak likuid. Oleh karena itu, perseroan mengajukan rencana go private,” ujar Direktur RMBA Dinar Shinta.

2. Lama Tak Tambah Modal

RMBA tercatat tidak lagi melakukan penggalangan dana daru pasar modal sejak rights issue pada 2016 dan juga tidak berencana melakukannya di masa depan.

3. Kinerja Keuangan

Kinerja keuangan RMBA yang kebanyakan merugi hingga berpengaruh pada kinerja harga saham. Sebagai informasi, RMBA hanya berhasil mencetak laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sekali pada 2019 dalam lima tahun terakhir (2016-2020). Pada tahun tersebut pun, Bentoel “hanya” mencatatkan laba sebesar Rp50,61 miliar.

Meskipun secara historis banyak mencatatkan rugi, namun pada 31 Maret 2023 RMBA mendulang laba bersih Rp31,14 miliar. Laba ini meroket 625% dari periode yang sama tahun sebelumnya Rp4,29 miliar. Pos penjualan naik menjadi Rp2,01 triliun atau tumbuh 10% dari periode yang sama tahun lalu Rp1,82 triliun. 

4. Tanpa Dividen

Dengan kinerja yang kerap merugi, RMBA tercatat tidak pernah membagikan dividen sejak tahun buku 2010.

“Dengan rencana go private, pemegang saham akan memiliki kesempatan untuk menjual kepemilikan saham mereka dengan harga premium terhadap harga pasar,” terang Dinar.

Sejak 2009, mayoritas saham RMBA dimiliki oleh perusahaan tembakau asal Inggris, British American Tobacco (BAT). 

Sebagai perusahaan tembakau global, BAT juga telah beroperasi di lebih dari 180 negara. Akuisisi BAT ini pun membuat RMBA juga menjual rokok bermerek dagang global seperti Dunhill dan Lucky Strike.(*)

Editor: Redaksi
Bagikan
Yunike Purnama

Yunike Purnama

Lihat semua artikel

RELATED NEWS