Menkop UKM Ingin Lampung Bangun Koperasi Pangan Skala Besar
Eva Pardiana - Rabu, 08 September 2021 19:12BANDARLAMPUNG – Kementerian Koperasi dan UKM menyatakan Provinsi Lampung memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi penyangga kebutuhan pangan nasional.
Pasalnya, Lampung memiliki beberapa komoditas unggulan seperti gula, kopi, nanas, udang, beras, pisang, coklat, jagung dan komoditas pangan lainnya.
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan komoditas pangan unggulan yang dihasilkan Lampung harus dioptimalkan untuk dikelola dengan baik melalui wadah koperasi.
Teten meyakini di tangan koperasi, potensi daerah ini dapat dikelola menjadi produk turunan yang mampu menciptakan nilai tambah.
"Karena itu pemerintah fokus membangun infrastruktur juga di Lampung karena kita ingin Lampung jadi pusat pangan nasional. Apalagi Gubernur Lampung ini orang pertanian, jadi cocok dan momentum yang sangat baik," ujar Teten dalam acara Pengarahan Model Bisnis Pengembangan Koperasi Sektor Pangan di Hotel Novotel, Bandarlampung, Rabu (8/9/2021)
Masalah Utama Koperasi Pertanian
Menurut Teten, masalah utama yang dihadapi koperasi di Lampung khususnya yang bergerak di sektor pertanian adalah skala usaha yang masih kecil. Akibatnya jumlah produksi yang dihasilkan tidak mampu mencapai skala industri.
Oleh karena itu, dia meminta agar koperasi-koperasi yang bergerak di sektor pertanian, perkebunan dan perikanan di wilayah Lampung dapat menyatu atau merger. Dengan cara ini hasil produksi akan terjamin baik dari sisi kuantitas, kualitas dan aspek keberlanjutan.
"Karena itu ini momentum untuk kerjasama membangun koperasi pangan yang besar di Lampung ini. Maka konsep korporatisasi petani melalui koperasi adalah jawaban bagaimana petani perorangan yang punya lahan sempit itu dikonsolidasi melalui koperasi agar produknya bisa masuk skala ekonomi," imbuh Teten.
Teten mencontohkan keberhasilan pengelolaan koperasi peternakan sapi terbesar di Selandia Baru bernama Fonterra yang memiliki sekitar 15 juta ekor sapi. Peternak yang merupakan anggota koperasi hanya fokus mengurus sapi dan menjaga produksi susu.
Sedangkan tugas koperasi yang mengurus pengolahan produk dan pemasarannya atau sebagai offtaker. Cara kerja seperti ini harus bisa diterapkan pada koperasi-koperasi di Indonesia agar bisa mewujudkan ketahanan pangan.
"Saat ini di banyak negara seperti di Belanda, Eropa dan Amerika yang mengelola sektor pangan bukan lagi korporasi tapi koperasi, jadi saya berharap di Lampung ini bisa lahir koperasi modern seperti itu," tuturnya.
Teten menjelaskan Badan Pangan Dunia Food and Agriculture Organization (FAO) telah memberikan peringatan bahwa dunia akan menghadapi ancaman krisis pangan di tahun mendatang.
Agar Indonesia tidak masuk dalam fase krisis pangan tersebut, upaya percepatan pembangunan sektor pangan harus segera dilakukan. Ia berharap koperasi yang ada di Lampung dapat bergandengan tangan untuk mewujudkan misi pemerintah tersebut. (EP)