Menakar Keikhlasan dalam Diri
Eva Pardiana - Jumat, 22 Oktober 2021 09:11IKHLAS adalah amalan hati yang paling sulit. Ia ringan diucapkan, namun berat dilaksanakan. Ikhlas merupakan salah satu syarat sebuah amalan diterima oleh Allah. Untuk itu, penting memperbaharui pemahaman kita tentang ikhlas dan bagaimana menakar keikhlasan itu sendiri.
Ikhlas berasal dari kata akhlasha (أَخْلَصَ) yang artinya murni, suci, bersih, atau jernih.
Al ‘Izz bin Abdis Salam berkata, “Ikhlas ialah, seorang mukallaf melaksanakan ketaatan semata-mata karena Allah. Dia tidak berharap pengagungan dan penghormatan manusia, dan tidak pula berharap manfaat dan menolak bahaya”.
Abu ‘Utsman berkata, “Ikhlas ialah, melupakan pandangan makhluk, dengan selalu melihat kepada Khaliq (Allah)”.
Allah memerintahkan manusia untuk senantiasa ikhlas dalam melaksanakan segala amalan, baik dalam bentuk ibadah ritual atau lainnya, semenjak hidup sampai mati hanya untuk Allah.
قُلْ اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ
"Katakanlah (Muhammad), Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam." (QS Al-An'am ayat 162)
Berikut adalah ciri-ciri ikhlas yang dapat dijadikan dasar untuk menakar keikhlasan dalam diri kita.
1. Selalu Berhusnudzon kepada Allah
Ciri ikhlas yang pertama adalah senantiasa berhusnudzon kepapa Allah. Dalam hidup ini, tidak selalu yang kita harapkan dapat kita dapatkan. Namun tetaplah berprasangka baik kepada Allah bahwa apapun yang kita alami adalah yang terbaik bagi diri kita.
"...Tetapi boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui". (QS Al-Baqarah ayat 216)
Yakinlah bahwa Allah telah memberikan kita kesanggupan untuk melalui segala ujian. Karena sesungguhnya kehidupan di dunia ini adalah tempat kita diuji dengan keburukan maupun kebaikan. Ujian akan datang silih berganti hingga kita menemui mati.
"Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami". (QS Al-Anbiya' Ayat 35)
2. Tidak Mengharapkan Balasan Kecuali dari Allah
Terkadang kebaikan yang kita lakukan untuk orang lain disertai harapan suatu saat orang tersebut akan membalas kebaikan kita. Itu berarti kita belum ikhlas melakukan kebaikan. Ikhlas berarti tidak mengharapkan balasan apapun dari orang lain, bahkan ucapan terimakasih pun tidak diharapkan.
3. Tidak Terpengaruh oleh Pujian ataupun Cercaan
Saat hati ikhlas, apapun respon orang lain, baik pujian maupun cercaan tidak akan mempengaruhi niat baik dan keikhlasan kita. Ingat dua hal yang harus kita lupakan, yakni kebaikan kita kepada orang lain dan kesalahan orang lain kepada kita.
4. Senantiasa Bersegera kepada Kebaikan
Salah satu indikasi keikhlasan dalam diri yaitu tidak menunda-nunda untuk melakukan kebaikan, baik dalam hal ibadah, maupun amal-amal saleh lainnya.
"Dan setiap umat mempunyai kiblat yang dia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu semuanya. Sungguh, Allah Mahakuasa atas segala sesuatu". (QS Al-Baqarah ayat 148).
5. Dapat Menjaga Keikhlasan di Awal, di Tengah, dan di Akhir
Saat melakukan kebaikan, bisa jadi kita ikhlas di awal, namun di tengah niat kita berubah. Oleh karena itu penting menjaga keikhlasan sejak awal, di tengah, hingga akhir kehidupan.
Menyembunyikan amalan kebaikan dapat menjadi salah satu cara untuk menjaga hati kita tetap ikhlas. Meski begitu, menampakkannya pun tidak mengapa selama mampu menjaga keikhlasan tersebut.
"Jika kamu menampakkan sedekah-sedekahmu, maka itu baik. Dan jika kamu menyembunyikannya dan memberikannya kepada orang-orang fakir, maka itu lebih baik bagimu dan Allah akan menghapus sebagian kesalahan-kesalahanmu. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan." (QS Al-Baqarah ayat 271)
6. Tidak Diskriminasi dalam Berbuat Kebaikan
Berbuat kebaikan juga perlu berlandaskan keadilan, yakni jangan tebang pilih kepada siapa kita berbuat baik serta proporsional dalam mengamalkannya. Proporsional yang dimaksud ialah berbuat baik kepada orang lain sebaiknya sesuai kadar kebutuhan orang tersebut.
Sebagai contoh, saat ingin memberikan hadiah kepada saudara, tentu tidak sama antara tetangga yang hidup dalam keadaan sulit dengan tetangga yang hidup serba berkecukupan. Berilah hadiah lebih banyak kepada saudara kita yang hidup dalam kesusahan.
Berdasarkan ciri-ciri ikhlas di atas, semoga kita bisa merenungi apakah selama ini kita telah ikhlas dalam beramal? Karena diri kita sendirilah yang bisa menakarnya. Ikhlas memang sulit, namun bisa dilatih. Luruskan niat dan latihlah terus hati ini untuk senantiasa hanya mengharap ridho Allah SWT.
Wallahu a'lam bish-shawab.
*Artikel Percik ini adalan rangkuman tausiah yang disampaikan oleh Ustazah Ida Kurniati (Ummi Atik) dalam Kajian Muslimah di Majelis Taklim Al-Faruq Telukbetung, Bandarlampung, pada Ahad, 17 Oktober 2021/ 11 Rabiul Awal 1443 H.